Rabu 28 Aug 2019 08:15 WIB

Kiat Pertamina EP Cepu Dongkrak Kinerja

Pertamina EP Cepu menjadi penyumbang keuntungan terbesar bagi Pertamina.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Budi Raharjo
Direktur Utama Pertamina EP Cepu Jamsaton Nababan
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Direktur Utama Pertamina EP Cepu Jamsaton Nababan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Jamsaton Nababan mengatakan industri minyak dan gas bumi (migas) masih akan menjadi tulang punggung bagi negara dalam meghasilkan devisa. Jamsaton mengaku mendukung program energi baru terbarukan (EBT).

Namun, kata dia, hal ini memerlukan waktu. Oleh karenanya, PEPC juga terus melakukan inovasi agar bisa berkembang dalam dunia migas saat ini.

"Dalam 10 sampai 15 tahun migas masih tetap andalan dan masih menarik bagi investor," ujar Jamsaton saat menerima tim Republika di ruang kerjanya, di Kantor PT PEPC, Gedung Patrajasa, Jakarta, baru-baru ini.

PEPC merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) dengan kinerja yang cukup mentereng. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Tahun Buku 2018, PEPC mendapatkan laba bersih tahun buku 2018 sebesar 843 juta dolar AS atau meningkat sekira 27 persen dibandingkan laba bersih pada 2017 yang sebesar 662,2 juta dolar AS.

Pencapaian ini menempatkan PEPC sebagai penyumbang laba terbesar pertama di lingkungan anak perusahaan Pertamina. Atas pencapaian ini, PEPC mendapat poin AAA atau poin tertinggi untuk kesehatan perusahaan.

"Satu-satunya anak perusahaan Pertamina yang membukukan keuntungan terbesar yaitu sebesar 843 juta dolar AS, dan keuntungan terbesar ini kita juga barengi dengan pemberi pajak terbesar dari seluruh anak perusahaan Pertamina sebesar Rp 8 triliun pada 2018," kata dia.

Jamsaton menyampaikan kinerja produksi minyak untuk lapangan Banyu Urip juga terus mengalami peningkatan dari 50 ribu barel per hari pada 2017 menjadi 93 ribu barel per hari pada 2018.

photo
Pengeboran di proyek pengembangan lapangan gas unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) di Bojonegoro, Jawa Timur.

Jamsaton menyampaikan torehan apik yang diraih PEPC tak lepas dari sejumlah inovasi yang dilakukan perusahaan. Pertama, dengan fasilitas berstandar kelas dunia yang memungkinan 95 persen fasilitas PEPC mampu beroperasi selama setahun penuh. Sementara lima persen lainnya untuk pemeliharaan.  

"Itu yang menunjang kenapa produksi bisa meningkat karena kita bisa optimalkan kapasitas beroperasi secara maksimal," ucapnya.

Kedua, kata dia, cadangan Lapangan Banyu Urip di bawah permukaan atau subsuface terus meningkat, dari 500 juta barel saat pengembangan awal menjadi 800 juta barel berdasarkan prediksi hasil dari kajian PEPC. Ketiga, perusahaan melakukan efisiensi dengan mempersingkat waktu pemeliharaan dengan inovasi teknologi sehingga operasional bisa berjalan hingga 95 persen.

"Ketiga aspek ini yang membuat produksi semakin meningkat, jadi ada ditunjang oleh riset ketersediaan cadangan di bawah tanah, teknologi, dan sistem operasinya," lanjutnya.

Selain Bantu Urip, PEPC juga sedang mempersiapkan proyek pengembangan lapangan gas unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) di Bojonegoro, di mana PEPC telah melakukan pemancangan Perdana EPC Gas Processing Facisilty (GPF) pada awal Januari 2019.

Jamsaton mengatakan JTB merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang telah ditetapkan oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). "Pekerjaan ini dilakukan secara paralel dan simultan dari pekerjaan rekayasa, pengadaan, dan konstruksi sehingga dapat dilaksanakan 'commissioning' dan 'project completion' EPC GPF pada 2021,"  kata Jamsaton.

photo
Area proyek pengembangan lapangan gas unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) di Bojonegoro, Jawa Timur. (Humas Pertamina)

Jamsaton menyampaikan produksi gas sebesar 192 MMSCFD nantinya akan dialirkan melalui pipa transmisi Gresik-Semarang. Dengan cadangan gas JTB sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF), JTB diharapkan dapat memberikan efek, khususnya untuk mengatasi defisit pasokaRibun gas di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Jamsaton menyebut JTB merupakan pertaruhan bagi nama PEPC mengingat ini merupakan salah satu proyek yang cukup besar dan digarap oleh perusahaan lokal. "Kita ingin buktikan ke dunia internasional bahwa PEPC mampu selesaikan proyek yang cukup besar, tepat waktu, teknisnya tepat, bahkan juga return tepat," papar Jamsaton.

Jamsaton mengatakan sudah ada nota kesepahaman antara PEPC dengan PLN terkait pasokan 100 MMSCFD gas. Sementara 92 MMSCFD sisanya akan dipasarkan PEPC dan diharapkan mampu menunjang kebutuhan industri yang ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

"Aliran pipa yang dibangun bisa untuk ke Gresik dan Semarang sehingga bisa suplai kebutuhan sumber gas di Jatim dan Jateng," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement