Selasa 27 Aug 2019 03:55 WIB

Pertamina Catat Laba Bersih Rp 9,4 T pada Semester I 2019

Laba bersih Pertamina meningkat dibandingkan tahun lalu.

Petugas melakukan pengecekan rutin di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina, Tuban, Jawa Timur, Ahad (18/8).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Petugas melakukan pengecekan rutin di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina, Tuban, Jawa Timur, Ahad (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pertamina mencatatkan laba bersih sebesar 660 juta dolar AS atau Rp 9,4 triliun pada semester 1 pada 2019.

Angka ini meningkat signifikan sekitar 112 persen jika dibandingkan laba bersih periode sebelumnya yang sebesar 311 juta dolar AS atau Rp 4,4 triliun.

Baca Juga

Direktur Keuangan Pertamina, Pahala N Mansury, dalam informasi tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Selasa  (27/8), menjelaskan kenaikan laba bersih ini terutama dipicu oleh penurunan beban pokok penjualan sebesar 6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Penurunan beban ini salah satunya didorong oleh harga rata-rata Indonesia Crude Price (ICP) pada semester 1-2019. Rata-rata ICP pada semester 1-2018 sekitar 66 dolar per barel, sementara pada semester 1 tahun ini sekitar 63 dolar per barel. 

Selain berdampak pada penurunan biaya bahan baku, kata dia, secara bersamaan hal tersebut memang berpengaruh pada penurunan pendapatan. Namun karena dikombinasikan dengan efisiensi biaya operasional lainnya, biaya dapat ditekan lebih banyak lagi,” ujarnya.

Hal ini juga termasuk penurunan impor minyak mentah sebagai dampak dari penyerapan minyak mentah domestik yang semakin meningkat. Sampai dengan akhir Juli 2019, total kesepakatan pembelian minyak mentah dan kondensat dari KKKS domestik mencapai 123,6 MBCD.

Dengan demikian, marjin juga menjadi lebih baik di kisaran 14 persen untuk Gross Profit Margin dan 8 persen untuk operating profit margin. Peningkatan kinerja ini juga tercermin dari arus kas bersih dari aktivitas operasi yang makin kuat yaitu 1,57 miliar dolar AS, meningkat dua kali lipat dari posisi semester 1 tahun lalu, yaitu 756 juta dolar AS.

Meskipun terdapat peningkatan pada aktivitas investasi dan pembayaran pinjaman, cash-on-hand tetap terjaga di level 7,38 miliar dolar, lebih baik daripada semester 1 tahun lalu.

Di sisi kinerja operasional hulu, produksi minyak mentah Pertamina tetap digenjot naik menjadi 413 ribu barel minyak per hari (MBOPD), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 385 MBOPD. Dalam konteks kemandirian energi dan ketersediaan energi berkualitas tinggi, prestasi terdepan proyek strategis yang berhasil diselesaikan adalah Proyek Langit Biru Cilacap.

Proyek senilai 392 juta dolar AS ini telah beroperasi dan menghadirkan BBM berkualitas di Indonesia setara dengan EURO 4 dengan total kapasitas yang meningkat mencapai 1,6 juta barel per bulan.

Selain itu, peningkatan volume penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada semester pertama tahun 2019 mencapai sebesar 34,1 juta KL. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 33,9 juta KL.

Sementara itu, untuk penjualan produk non-BBM juga mengalami peningkatan dari periode sebelumnya sebesar 7,9 juta KL menjadi 8,3 juta KL. Bahkan sejak Mei 2019, Avtur dan Solar sudah tidak perlu diimpor karena telah dapat dipenuhi dari produksi kilang Pertamina. 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement