Jumat 23 Aug 2019 14:48 WIB

BI: Inflasi Tinggi karena Cabai Merah Hanya Musiman

Cabai merah menyumbang inflasi terbesar, yaitu 0,15 persen.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Pembeli memilih cabai merah yang dijual di Pasar Terong, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (10/8).
Foto: ANTARA FOTO/Arnas Padda
Pembeli memilih cabai merah yang dijual di Pasar Terong, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) masih optimis tingkat inflasi hingga akhir tahun akan dibawah 3,5 persen. Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan menurut survei pemantauan harga BI, inflasi Agustus 2019 secara tahunan (yoy) masih 3,52 persen.

"Survei pemantauan harga, data terakhir kami di Agustus minggu ketiga adalah 0,2 persen secara bulanan (mtm) dan 3,52 persen (yoy)," kata dia di kompleks BI, Jakarta, Jumat (23/8).

Penyumbang inflasi terbesar masih cabai merah yakni 0,15 persen. Selain itu emas perhiasan dengan inflasi 0,07 persen, cabai rawit 0,05 persen, dan air minum PDAM sekitar 0,01 persen.

Komoditas lain mengalami deflasi yakni angkutan udara 0,09 persen, dan bawang merah 0,06 persen. Perry menilai kenaikan harga ini bersifat temporer karena musiman. 

"Kami masih yakini pengaruh ini sifatnya temporer, diperkirakan dua bulan lagi ada kenaikan produksi jadi harga bisa normal," kata dia.

Sumatera Utara sebagai salah satu produsen cabai merah terbesar mengalami kenaikan permintaan dari berbagai daerah. Sehingga harganya meningkat signifikan. Selain itu, BI juga berkomunikasi dengan sejumlah pihak untuk mengantisipasi kemarau panjang.

Menurutnya, stok Bulog masih memadai jadi cukup untuk mengantisipasi kecukupan pasokan beras dan sejumlah komoditas lain. "Kami masih meyakini inflasi di akhir tahun akan di bawah 3,5 persen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement