Jumat 23 Aug 2019 13:40 WIB

Mentan: Cadangan Jagung Tersedia, tak Perlu Impor

Tanaman jagung tidak terpengaruh oleh faktor musim kemarau dan kekeringan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Petani mengumpulkan jagung yang baru saja dipanennya di Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (14/8/2019). Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung nasional di tahun 2019 sebesar 33 juta ton atau naik dibandingkan sebelumnya yang hanya 30 juta ton dan saat ini telah berada pada posisi surplus produksi.
Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Petani mengumpulkan jagung yang baru saja dipanennya di Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (14/8/2019). Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung nasional di tahun 2019 sebesar 33 juta ton atau naik dibandingkan sebelumnya yang hanya 30 juta ton dan saat ini telah berada pada posisi surplus produksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan, produksi jagung hingga akhir tahun 2019 dipastikan aman. Dengan kondisi tersebut, pihaknya menyampaikan impor jagung tak diperlukan.

“Masih ada cadangan (jagung) tuh di Bulog,” ujarnya saat ditemui Republika.co.id, di Jakarta, Jumat (23/8).

Baca Juga

Dia menjelaskan, produksi jagung hingga akhir tahun aman meski kekeringan melanda sejumlah lahan pertanian. Menurut dia, tanaman jagung sejauh ini tidak terpengaruh oleh faktor musim kemarau dan kekeringan.

Dia menambahkan apabila petani maupun peternak membutuhkan pasokan jagung, hal itu dipastikan tersedia di gudang bulog. “Kalau ada yang butuh, petani atau peternak, ada di Bulog. Saya sudah bicara tadi (ke Bulog),” pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita berencana membuka impor jagung guna mengantisipasi kenaikan harga dan penurunan produksi akibat kemarau.

Menurut Enggar, selama ini peternak lokal kerap mengeluhkan harga jagung pakan yang tinggi. Tingginya harga jagung pakan peternak itu juga menjadi kontribusi terbesar yang menyebabkan harga ayam nasional tinggi.

Enggar juga mengingatkan kepada kementerian teknis terkait untuk dapat mengintrospeksi kinerjanya. Sebab jika dibandingkan dengan jagung impor asal Brasil, jagung lokal kurang kompetitif harganya. Belum lagi ada kecenderungan bagi produsen untuk mengalihkan pakan ternaknya dari bahan baku jagung ke gandum.

Padahal menurut dia, harga gandum impor saat ini lebih mahal jika dibandingkan dengan harga jagung impor. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement