REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Semen Indonesia Tbk (Persero) menggenjot penjualan ekspor ke negata tetangga sepanjang semester I 2019. Langkah tersebut dilakukan untuk mengimbangi penjualan domestik yang mengalami penurunan.
SVP of SMO & Communication Semen Indonesia, Ami Tantri, mengakui secara industri penjualan semen nasional memang turun mencapai 2,1 persen. "Iya memang turun makanya kita ekspor, sekitar 10 persen," ujar Ami dalam konferensi pers Public Expose 2019, Rabu (21/8).
Ami mengatakan, Semen Indonesia hanya akan melakukan ekspor ke negara-negara terdekat saja. Alasannya, cost untuk ekspor cukup besar. Jika dipaksakan, margin keuntungan pun akan menjadi lebih rendah.
Di samping itu, perseroan saat ini juga masih ingin fokus memperkuat pasar domestik. Sementara ini, perseroan sudah melakukan ekspor ke pasar tradisonal Bangladesh, Srilanka, Australia dan Filipina.
GM of Marketing Semen Indonesia, Johanna Daunan, menjelaskan penurunan penjualan semen ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Faktor yang paling signifikan yaitu pertumbuhan ekonomi yang turun.
"Pertumbuhan permintaan semen memang biasanya berkolerasi dengan GDP growth," kata Joanna.
Menurut Joanna, pertumbuhan ekonomi yang rendah ini akan berdampak pada turunnya kemampuan pembangunan rumah sehingga berpengaruh terhadap permintaan semen. Dia mengatakan penurunan sangat terasa dari sisi ritel. Ritel sendiri berkontribusi sekitar 70 persen terhadap penjualan.
Semen Indonesia mencatatkan volume penjualan hinga Juli 2019 untuk pasar semen domesik sebesar 13,492 juta ton. Sedangkan penjualan ekspor Perseroan yang berasal dari fasilitas Indonesia mencapai 1,879 Juta ton.