Senin 19 Aug 2019 12:36 WIB

Mohon Perdamaian, Orang Terkaya Hong Kong Tulis Puisi

Belum terlihat akan muncul perdamaian di Hong Kong.

Rep: Clara Aprilia Sukandar(Warta Ekonomi)/ Red: Clara Aprilia Sukandar(Warta Ekonomi)
Mohon Perdamaian, Orang Terkaya Hong Kong Tulis Puisi. (FOTO: Business Insider)
Mohon Perdamaian, Orang Terkaya Hong Kong Tulis Puisi. (FOTO: Business Insider)

Belum terlihat akan muncul perdamaian di Hong Kong. Keadaannya masih kisruh. Untuk itu, orang terkaya Hong Kong, Li Ka-Shing angkat suara dan berharap perdamaian.

Mengutip South China Morning Post (19/8/2019), Li Ka-shing pun mengutip ungkapan puitis Dinasti Tang untuk membujuk pendemo agar berhenti. Pesan itu ia cetak pada kolom iklan di beberapa koran Hong Kong, seperti Hong Kong Economic Times.

Ungkapan yang bermakna keadaan sudah sangat buruk sehingga jangan diperparah lagi ditulis olehnya. "Melon dari Huangtai tidak bisa dipetik lagi," tulisnya.

Baca Juga: Pria Ini Serukan Perdamaian China-Hong Kong dengan Bentangkan Spanduk Raksasa

Bagian atas iklan di koran itu tertulis: "Niat terbaik bisa berujung pada hasil terburuk." Pada bagian bawahnya ada kata "kekerasan" yang dicoret dan di bagian bawah tertulis: "hentikan kemarahan dan kekerasan atas nama cinta."

Ia juga menjelaskan bahwa keberhasilan yang diraih Hong Kong terikat pada prinsip “satu negara dua sistem”. Namun, ia kembali mengungkapkan keraguan.

Baca Juga: Ini Permintaan Miliarder Hong Kong Terkait Protes Masif yang Terjadi

"Jalan ke neraka seringnya dibangun dengan niat baik. Kita harus memikirkan konsekuensi yang tidak diniatkan," ujar sang orang terkaya melalui juru bicara.

Seperti diketahui, para pendemo asal Hong Kong sedang berunjuk rasa besar-besaran melawan pengaruh pemerintahan China. Pemimpin Eksekutif Hong Kong yang pro-China, Carrie Lam, juga dituntut mundur oleh pendemo.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement