REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --- Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Solo mengembangkan klaster cabai di Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Komoditas cabai dipilih karena menjadi salah satu komoditas utama penyumbang inflasi di wilayah Kota Solo.
Inflasi Kota Solo pada Juli 2019 sebesar 2,65 persen (yoy). Sementara itu, inflasi cabai pada Juli 2019 mencapai 55,96 (yoy) untuk cabai rawit dan 21,31 (yoy) untuk cabai merah.
Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada Juli 2019 yakni cabai rawit yang mengalami inflasi sebesar 61,39 persen (mtm), cabai merah yang mengalami inflasi sebesar 26,80 persen (mtm), serta cabai hijau yang mengalami inflasi sebesar 38,35 persen (mtm).
Kepala Kantor Perwakilan BI Solo, Bambang Pramono, mengatakan pengembangan klaster cabai dilakukan dengan pertimbangan produktivitas yang masih rendah yakni sekitar 4,5 ton per hektare dan berpotensi untuk bisa ditingkatkan.
"Selain itu, masyarakat yang mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan memerlukan program pemberdayaan yang bermanfaat untuk peningkatan kesejahteraan," jelasnya seperti tertulis dalam siaran pers, Sabtu (17/8).
Pendampingan untuk peningkatan produktivitas cabai di wilayah binaan dilaksanakan melalui pilot project implementasi teknologi yakni pengolahan lahan dengan cultivator, penyediaan air dengan pompa dan perlindungan tanaman dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan sarana mulsa dan rain shelter. Selain itu, pendampingan intensif oleh PPL setempat dalam teknis budidaya dilakukan melalui kerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sragen.
KPw BI Solo melaksanakan program pengembangan UMKM menggunakan pendekatan klaster dalam mendukung program pengendalian inflasi melalui penguatan di rantai suplai. Program tersebut dilaksanakan dalam bentuk bantuan teknis dari sisi on farm maupun off farm, dari sisi teknis budidaya, pengolahan pasca produksi, perluasan akses pasar, akses informasi, akses permodalan, pemasaran, manajemen usaha, dan penguatan kelembagaan.
Pada 2015-2018, BI Solo melakukan pengembangan Klaster Cabai Poktan Subur Makmur di Desa Ngroto, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri. Sebagai perluasan dari upaya BI Solo dalam pengendalian harga cabai yang tinggi volatilitasnya dengan membangun Klaster Cabai Gapoktan Ngargotirto Makmur berlokasi di Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Varietas cabai yang banyak dikembangkan di Sumber Lawang adalah cabai rawit.
Musuh utama budidaya tanaman cabai yakni cuaca yang menjadi salah satu faktor penentu produktivitas cabai. Ketersediaan pasokan air saat musim kemarau menjadi prasyarat agar petani cabai dapat menanam cabai pada semua musim. "Dengan pola tanam pada segala musim, diharapkan produktivitas cabai rawit meningkat dan dapat memenuhi permintaan konsumsi cabai di Solo Raya," imbuh Bambang.
Oleh sebab, itu pelaksanaan program Gerakan Tanam Cabai di Segala Musim dilaksanakan untuk menjadi percontohan dalam mendukung ketersediaan pasokan yang kontinyu antara lain dengan mengatasi masalah ketersediaan air melalui pemberian pompa air. Selain itu, BI Solo juga memberikan bantuan 10 unit pompa air dan nantinya sejumlah sarana prasarana lainnya melalui Program Bantuan Sosial Bank Indonesia (PSBI). Bantuan tersebut diharapkan mendukung program pengendalian inflasi dari sisi suplai.
Bantuan pertama yang terdiri atas 10 unit pompa air diserahkan pada Jumat (16/8). Bantuan tersebut dipergunakan untuk mengairi lahan cabai Klaster Cabai Gapoktan Ngargotirto Makmur yang telah mulai ditanami meskipun musim kemarau.
Melalui upaya tersebut diharapkan pada 2019, inflasi Kota Solo dapat terkendali. Sehingga secara keseluruhan inflasi dapat terjaga dalam sasaran nasional 3,5 persen plus minus 1 persen dengan didukung oleh penguatan koordinasi untuk mitigasi risiko yang dapat menganggu pencapaian sasaran inflasi.
Bank Indonesia menempuh berbagai kebijakan dalam pengendalian inflasi. Salah satunya, pengembangan sejumlah klaster pengendalian inflasi untuk mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang stabil. Sumber tekanan inflasi dari sisi permintaan dapat dipengaruhi Bank Indonesia melalui kebijakan moneter.
Sedangkan dari sisi penawaran yang berada diluar pengendalian Bank Indonesia, dilakukan program pemberdayaan sektor riil dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) melalui pola klaster. Sektor/komoditas yang dipilih antara lain didasarkan pada kriteria komoditas yang menjadi sumber tekanan inflasi.