Sabtu 17 Aug 2019 23:03 WIB

Kementan Kawal Petani Siasati Lima OPT

OPT burung dan tikus bisa dilakukan dengan cara mekanis maupun kimia.

Red: EH Ismail
Petani memilah bulir padi yang masih bisa dipanen di area persawahan Pattallassang yang terdampak kekeringan, Gowa, Sulawesi Selatan, Senin (22/7/2019).
Foto: Antara/Arnas Padda
Petani memilah bulir padi yang masih bisa dipanen di area persawahan Pattallassang yang terdampak kekeringan, Gowa, Sulawesi Selatan, Senin (22/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Meterologi dan Geofosika (BMKG) memprakirakan musim kemarau tahun ini akan lebih kering dan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus 2019. Namun demikian, meskipun sudah memasuki musim kemarau hal tersebut tidak membuat para petani komoditas padi sawah di daerah pantura untuk berhenti menanam padi.

Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), Enie Tauruslina mengungkapkan untuk mengejar jadwal tanam dan memafaatkan sumber air yang tersisa, sebagian petani di daerah pantura menerapkan sistem tanam benih langsung (tabela) hambur. Selain itu, sistem tabela pun dipercaya dapat menekan biaya produksi terutama dalam penggunaan tenaga kerja.

"Namun, sistem tanam tabela ini juga harus memperhatikan resiko serangan OPT. Dengan teknik tabela ini harus antisipasi juga kewasapadaan terhadap serangan hama dan penyakit," demikian jelas Enie di Jakarta, Sabtu (17/8/2019).

Salah seorang petugas OPT dari Balai Besar Peramalan OPT, Irwan menambahkan saat membudidayakan padi dengan menggunakan sistem tabela hambur ini, diharapkan untuk mewaspadai 5 jenis OPT. Apa sajakah itu? Tergantung masa pertumbuhannya. 

"Waspada pada OPT burung dan tikus pada saat setelah penaburan benih dilakukan dan waspada pada OPT penggerek, kresek dan hawar pelepah pada saat tanaman memasuki fase vegetatif,” ujarnya.

Irwan menjelaskan pengendalian OPT burung dan tikus bisa dilakukan dengan cara mekanis maupun kimia. Sementara untuk mengantisipasi serangan burung dapat dilakukan dengan pemasangan jaring sedang untuk pengendalian tikus dapat menggunakan perangkap.

“Perangkap ini bisa dikombinasikan dengan Trap Barrier System (TBS, red) atau Linear Trap Barrier System (LTBS, red) dan bisa pula dengan memberikan umpan beracun,” jelasnya.

Sedangkan pengendalian OPT penggerek, sambung Irwan, dapat dilakukan dengan cara pemasangan bumbung konservasi. Bumbung korservasi ini digunakan untuk meletakan kelompok telur yang telah diambil dari areal pertanaman yang terserang.

"Terakhir, untuk OPT kresek dan hawar pelepah dapat dilakukan dengan cara preemmtif. Cara primitif ini lebih aman karna kita mengaplikasikan agens hayati Paaenibacilus polymixa," bebernya.

"Caranya cukup larutkan 5 ml per liter air larutan Paenibacillus polymyx pada saat perendaman benih dan semprotkan pada seluruh bagian tanaman pada usia tanaman 2, 4, 6 minggu setelah tanam dengan konsentrasi 5 ml per liter air,” imbuh Irwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement