Sabtu 17 Aug 2019 16:29 WIB

Kementan-FAO Kembangkan Padi Organik di Perbatasan

Wilayah perbatasan memungkinkan untuk ekspansi produk dalam negeri.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Gita Amanda
Petani menyemprot padi menggunakan pupuk cair organik. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Aji Styawan
Petani menyemprot padi menggunakan pupuk cair organik. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) gandeng Food and Agriculture Organization (FAO) mengembangkan padi organik di wilayah perbatasan. Pengembangan padi itu dilakukan di Kalimantan Barat (Kalbar) yang berbatasan dengan Malaysia dan Brunei Darussalam untuk tujuan ekspor.

Sebagai catatan, wilayah perbatasan yang ditetapkan itu dinilai dapat menjadi kawasan yang potensial untuk dikembangkan. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan, Gatut Sumbogodjati, menjelaskan wilayah perbatasan menjadi pintu masuk dengan negara tetangga sehingga sangat memungkinkan untuk ekspansi produk dalam negeri. salah satu yang sedang dikembangkan yaitu pengembangan pertanian desa padi organik.

Baca Juga

“Di daerah perbatasan Provinsi Kalimantan Barat mulai kita kembangkan padi organik, ini adalah bagian dari tindak lanjut pertemuan bilateral antara Menteri Pertanian dengan Asisten Direktur Jenderal FAO pada bulan Maret 2017 lalu,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (17/8).

Gatut mengatakan, Kementan bersama FAO akan mengembangkan padi organik di wilayah perbatasan tersebut seluas 104 hektare. Varietasnya untuk padi organik yakni Inpari 24 dan beras hitam biasanya varietas lokal yakni Selasih.

Perlu diketahui, dari hasil koordinasi dan survei lapangan yang dilakukan antara FAO dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan, Kenentan telah menetapkan tujuh kelompok tani binaan yang diberikan pembinaan. Selain itu, diberikan juga pelatihan untuk pengembangan sistem pertanian organik.

Untuk kelancaran proyek tersebut, kata dia, diperlukan dukungan dan komitmen dari aparatur pemerintah di wilayah setempat dan stakeholder lainnya. "Kami ingin agar hasil dari pengembangan proyek ini dapat bermanfaat dan berdampak bagi semua pihak terkait,” ujar Gatut.

Di Pontianak pun ungkap Gatut, Ditjen Tanaman Pangan menindaklanjuti dengan pertemuan Workshop for Organic Village pada akhir Juli lalu. Sementara kaitannya dengan lokasi kegiatan pengembangan pertanian desa organik ini dilakukan pendekatan gender.

"Hasilnya, telah ditetapkan di tiga desa, yakni Desa Neken Kecamatan Entikong, Desa Kenaman Kecamatan Sekayam dan Desa Tunggal Bakti Kecamatan Kembayan Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat," terangnya.

Lebih lanjut Gatut menyebutkan hal yang menarik yakni proyek kerjasama pengembangan padi organik ini sangat direspons oleh Asisten Direktur Jenderal FAO.  Bahkan, kata dia, lokasinya pun dikhususkan di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Alasannya karena Sanggau bagian dari daerah perbatasan dengan negara tetangga, yakni Malaysia dan Brunei Darussalam.

"Dengan demikian, beras organik kita memiliki potensi pasar ekspor yang sangat besar terutama ke Malaysia dan Brunei Darussalam, apalagi produk pertanian organik kita semakin dinikmati masyarakat negara tetangga, meskipun harganya berbeda dengan nonorganik," sebutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement