Kamis 08 Aug 2019 16:07 WIB

Dukung Listrik MRT, PLN Siap Operasikan PLTD Senayan

Dengan nilai proyek Rp 1 triliun, PLTD Senayan memiliki kapasitas sebesar 101 MW.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Barat PLN Haryanto WS (rompi oranye) meninjau PLTD Senayan di Jakarta, Kamis (8/8). PLTD Senayan ditargetkan beroperasi Oktober 2019.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Barat PLN Haryanto WS (rompi oranye) meninjau PLTD Senayan di Jakarta, Kamis (8/8). PLTD Senayan ditargetkan beroperasi Oktober 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu yang cukup menyita perhatian saat pemadaman listrik total atau blackout di Jakarta pada 4-5 Agustus 2019, adalah berhenti beroperasinya moda raya terpadu (MRT) Jakarta. Saat kejadian, empat kereta MRT Jakarta yang sedang beroperasi terhenti. Penumpang langsung dievakuasi, baik di dua kereta (Ratangga) yang berada di lintasan layang dan dua kereta lainnya di lintasan bawah tanah.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sempat menyinggung persoalan ini saat mendatangi direksi PLN di Kantor Pusat PLN, Jakarta, pada Senin (5/8). "Saya tahu ini tidak hanya bisa merusak reputasi PLN namun banyak hal di luar PLN terutama konsumen sangat dirugikan. Pelayanan transportasi umum sangat berbahaya sekali, MRT misalnya," kata Jokowi.

Baca Juga

Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Barat PLN Haryanto WS mengatakan terhentinya operasi MRT lantaran tidak adanya pasokan listrik. Selama ini, MRT Jakarta mengandalkan dua subsistem 150 kV PLN yang berbeda, yakni subsistem Gandul-Muara Karang melalui Garduk Induk PLN Pondok Indah dan subsistem Cawang-Bekasi melalui Gardu Induk PLN CSW. Saat kejadian, keduanya mengalami gangguan.

Ke depannya, Haryanto optimistis, pasokan listrik untuk MRT tidak akan terganggu. Pasalnya, PLN melalui anak perusahaannya, PT Indonesia Power (IP) segera mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Senayan.

"Kita targetkan sebelum hari listrik nasional pada 27 Oktober, PLTD Senayan sudah bisa kita operasikan. Saat ini progres sudah 94 persen," ujar Haryanto saat meninjau progres pembangunan PLTD Senayan, Jakarta, Kamis (8/8).

Haryanto mengatakan PLTD Senayan memiliki nilai sejarah yang tinggi lantaran dibangun Bung Karno jelang pelaksanaan Asian Games 1962. Kini, kata Haryanto, PLTD Senayan tampil dengan wajah baru setelah IP mengganti pembangkit-pembangkit lama dengan yang baru. Dengan nilai proyek mencapai Rp 1 triliun, kata Haryanto, PLTD Senayan memiliki kapasitas sebesar 101 MW.

Haryanto menyebutkan, PLTD Senayan berfungsi sebagai tenaga cadangan bagi MRT tahap I saat terjadinya sistem gangguan di tempat lain. 

"Kita harap PLTD Senayan tidak pernah bekerja, artinya sisten Gandul dan Priuk normal. Kita akan operasikan PLTD Senayan saat darurat, di mana tidak ada suplai lain untuk MRT," ucap Haryanto. 

Haryanto menyebut, mesin PLTD Senayan menggunakan B20, pencampuran 20 persen nabati dengan 80 persen bahan bakar minyak jenis solar dengan pertimbangan kecepatan, keandalan, dan kemudahan pengoperasian. PLTD Senayan juga didukung teknologi canggih dengan komponen Black Start atau asut gelap yakni pengasutan suatu unit pembangkit yang dilakukan tanpa ketersediaan pasokan daya dari luar.

"PLTD Senayan ini sejenis pembangkit yang quick response dan quick start sehingga normalisasi dilakukan bisa dilakukan dalam kurun menit, bukan jam. Dalam waktu tujuh sampai 10 menit sudah masuk sistem," kata Haryanto. 

Haryanto menyampaikan tidak semua pembangkit memiliki fasilitas black start karena mahal dan membutuhkan kapasitas cukup besar. PLTD Senayan sendiri mampu beroperasi maksimal delapan jam. Dengan begitu, maksimal pemadaman seharusnya tidak lebih dari delapan jam agar MRT tidak berhenti beroperasi. Mengingat sifatnya sebagai tenaga cadangan, Haryanto memperkirakan PLTD Senayan akan sangat jarang beroperasi. Meski begitu, IP akan melakukan pemanasan rutin setiap bulan sekali agar selalu siap saat dibutuhkan.

Kehadiran PLTA Senayan 101 MW sudah sangat cukup menopang sistem kelistrikan MRT tahap I yang memiliki beban daya belum sampai 60 MW. Sementara untuk MRT tahap II dan III, PLN akan berkoordinasi lebih lanjut dengan MRT terkait kebutuhan daya yang diperlukan ke depan.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya Ikhsan Asaad mengatakan PT MRT Jakarta merupakan pelanggan premium PLN. Ikhsan memperkirakan kebutuhan pasokan listrik dengan kontrak untuk kapasitas daya 60 MW. Ikhsan menyebutkan, kebutuhan MRT sendiri sebesar 50 MW saat kejadian darurat.

"MRT sebetulnya tidak pakai sepenuhnya 60 MW. Kontrak kita memang kita berikan 60 MW, tapi pakainya maksimum 50 MW. Kalau seperti kemarin, ini (PLTD Senayan) sudah berfungsi baik, dia langsung bisa pulih MRT dalam waktu 10 menit," kata Ikhsan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement