REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegur Direksi PT PLN (persero) berkaitan dengan insiden padamnya listrik di sejumlah wilayah di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten pada Ahad (4/8) kemarin. Presiden menyayangkan mengapa PLN tidak menjalankan rencana cadangan dengan cepat sehingga dampak dari putusnya transmisi listrik bisa diminimalisasi
"Pertanyaan saya bapak ibu semuanya kan orang pintar-pintar apalagi urusan listrik. Apakah tidak dikalkukasi kalau akan ada kejadian? Sehingga kita tahu sebelumnya. Kok tahu-tahu drop. Artinya pekerjaan yang ada tidak dikalkulasi. Itu merugikan kita semuanya," kata Jokowi di hadapan jajaran Direksi PLN, Senin (5/8).
Kepada Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PLN, Sripeni Inten Cahyani, Jokowi mengingatkan bahwa kejadian mati listrik dalam periode panjang di Jawa-Bali seperti Ahad kemarin terakhir kejadian pada 17 tahun silam, alias pada 2002. Harusnya, ujar Jokowi, pengalaman saat itu bisa menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan untuk memperbaiki kinerja.
"Saya tahu ini tidak hanya bisa merusak reputasi PLN namun banyak hal di luar PLN terutama konsumen sangat dirugikan. Pelayanan transportasi umum sangat berbahaya sekali, MRT misalnya," katanya.
Jokowi pun mendengar penjelasan dari Direksi PLN yang kental dengan istilah teknis. Setelah mendengar penjelasan Plt Dirut PLN, Jokowi kembali mempertanyakan perihal perhitungan dan rencana cadangan yang tidak berjalan. Jokowi menganggap PLN tidak memiliki hitungan dan mitigasi risiko sehingga kejadian seperti tahun 2002 berulang kemarin.