Rabu 31 Jul 2019 08:39 WIB

Bilang Bukalapak Cs Bukan Asli Indonesia, Kepala BKPM Ralat Ucapan Sendiri

Kepala BKPM Thomas Lembong meralat pernyataan terkait empat unicorn.

Rep: Redaksi WE Online(Warta Ekonomi)/ Red: Redaksi WE Online(Warta Ekonomi)
Bilang Bukalapak Cs Bukan Asli Indonesia, Kepala BKPM Ralat Ucapan Sendiri. (FOTO: FMB9)
Bilang Bukalapak Cs Bukan Asli Indonesia, Kepala BKPM Ralat Ucapan Sendiri. (FOTO: FMB9)

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong meralat pernyataan yang disampaikannya terkait empat unicorn yang diklaim Singapura dalam laporan Google dan Temasek.

Baca Juga: Riset Google dan Temasek Bilang Bukan Asli Indonesia, Apa Komentar Bukalapak

Dalam akun Twitter pribadinya, Thomas menyebut bahwa Tokopedia, Bukalapak, dan Go-Jek telah memberikan klarifikasi bahwa perusahaan rintisan berstatus unicorn itu tidak memakai induk perusahaan di Singapura.

Ia juga mengkonfirmasi bahwa perusahaan-perusahaan tersebut sepenuhnya tercatat sebagai Penanaman Modal Asing (PMA) di mana investasinya mengalir ke Indonesia.

“Maaf & ralat: @tokopedia dan @bukalapak sudah klarifikasi ke saya, @gojek indonesia sudah klarifikasi ke publik: mereka tidak pakai induk perusahaan di Singapura, tapi sepenuhnya PT PMA di Indonesia... Saya bicara terlalu jauh, mengomentari bahan Google-Temasek ini,” katanya seperti dikutip dari akun tersebut, Selasa malam.

Baca Juga: BKPM Tuding 4 Unicorn Punya Induk Perusahaan di Singapura, Ini Reaksi Tokopedia

Sebelumnya, dalam paparan realisasi investasi di Jakarta, Selasa siang, Thomas menyebut empat unicorn kebanggaan Indonesia diklaim Singapura dalam laporan Google dan Temasek mengenai pertumbuhan ekonomi digital di negara kawasan Asia Tenggara.

Riset yang dimaksud yakni e-Conomy SEA 2018: Southeast Asia’s internet economy hits an inflection point yang dilakukan Google dan Temasek untuk melihat perkembangan ekonomi digital di Asia Tenggara.

Riset tersebut meliputi empat sektor kunci dalam ekonomi digital, yakni online travel, online media, ride hailing dan e-commerce. Riset tersebut juga hanya meliputi enam pasar terbesar di Asia Tenggara yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement