REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, berdasarkan laporan dari tim di lapangan, semburan minyak terkait insiden oil spill atau tumpahan minyak di sekitar anjungan lepas pantai YY PHE ONWJ di sekitar anjungan YY di wilayah Karawang, Jawa Barat, kira-kira 3.000 barel per hari sejak 12 Juli.
"Sehingga cukup banyak, harus ditangani. Kami juga berusaha percepat mematikan sumur. Rig sudah ada di tempat untuk driliing, rencana konduktor akan ditajak hari ini," ujar Djoko di ruangan media di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (29/7).
Djoko menyampaikan, sebaran tumpahan minyak mengarah ke arah barat per hari ini, di mana ada delapan desa di Karawang dan Bekasi yang terdampak. Para ahli sudah didatangkan, baik lokal maupun asing seperti Boots and Coots Haliburton.
"Semua kru dan tim bertambah terus, baik yang menangani oil spill dan untuk penutupan sumur," ucap Djoko.
Djoko menyebutkan insiden ini masih masuk dalam kategori tier 1 sehingga penangannya masih dalam skala perusahaan, namun dengan bantuan sejumlah pihak. Berdasarkan data PHE ONWJ, Djoko memaparkan perkembangan penanganan insiden tersebut. Kata Djoko, pola sebaran oil spill tetap ke arah Barat, dengan potensi panjang pesisir terdampak 52 Mil, di mana sebanyak delapan desa di Karawang, dua desa di Bekasi, dan tujuh pantai ditemukan tumpahan minyak. Pengelolaan limbah di wilayah Karawang dan Bekasi diperoleh 17.830 karung.
"Untuk penanggulangan tumpahan minyak di shoreline sudah dipasang Oil boom onshore sebanyak 1.430 mtr, dan melanjutkan pembersihan limbah di area mangrove. Secara paralel, tim mulai membuat rencana penanganan dampak masyarakat dan lingkungan tiga bulan ke depan," kata Djoko.
Djoko menambahkan, untuk respons tumpahan minyak, tim penanganan melakukan berbagai upaya. Upaya itu antara lain, monitoring efektivitas Static Boom, melanjutkan recovery minyak di Static Boom dengan Skimmer sebanyak enam unit (dua unit di Victory, satu unit di Dunamos, satu unit di Garuda, dan dua di Transko Andalas). Total limbah terkumpul 7.000 liter, 32 trash bag, yang diangkat dan dikirim ke darat sebanyak 9.250 kg.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan OSCT untuk tambahan dua Giant Octopus Skimmer, melibatkan 25 kapal nelayan melakukan pengambilan limbah tetap berlangsung, 32 Offshore boat, boom terpasang 3.700 meter, spare 1.200 di shore base Maruda, dan 2.325 mtr Oil boom onshore sudah berada di Karawang. Satu unit Barge dan Tug sudah di lokasi, satu unit LCT tanpa crane sudah di lokasi, satu unit Barge dan Tug siang ini menuju lokasi.
Djoko melanjutkan, approval location sudah didapatkan dari marine warranty survey di YYA-1RW. Rig Soehanah on progress pre-load di lokasi di area YYA-1RW.
"Final program trajectory & drilling program oleh Booth & Coot status 95 persen. Peer review akan dilakukan tanggal 29 Juli 2019. Tajak (drive hammer conductor) diharapkan mulai 2 Agustus 2019 dimulai drive conductor 30," ucap Djoko.
Djoko menyampaikan penampung tumpahan minyak dengan tandon dilengkapi pelampung sebanyak 45 unit sudah berada di Marunda jetty, lima unit telah berada di seapup. Dry test ROV jenis Falcon DR telah dilakukan.
"Persiapan untuk seafastening ROV dan peralatan pendukung di kapal PETEKA 5401," lanjut Djoko.
Selain itu, lanjut Djoko, Pertamina dan PHE juga telah mengerahkan 13 personel untuk melakukan kegiatan rutin penanganan dampak di lokasi, melakukan assessment area terdampak, dan pengelolaan manifest limbah B3.
"Ada penambahan bantuan personel sebanyak 20 orang untuk penguatan tim di lapangan," kata Djoko menambahkan.