Sabtu 27 Jul 2019 13:41 WIB

Garuda Indonesia Perpanjang Waktu Sewa 15 Pesawat

Garuda juga mengurangi frekuensi penerbangan di sejumlah rute sepi.

Rep: Novita Intan/ Red: Budi Raharjo
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menyelenggarakan Paparan Kinerja di Kantor Pusat Garuda Soekarno Hatta, Tangerang, Jumat (26/7).
Foto: Republika/Novita Intan
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menyelenggarakan Paparan Kinerja di Kantor Pusat Garuda Soekarno Hatta, Tangerang, Jumat (26/7).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan berbagai upaya efisiensi biaya untuk membukukan laba. Salah satunya dengan memperpanjang jangka waktu sewa pesawat dan mengurangi utilisasi (ketergunaan) pesawat.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Fuad Rizal, mengatakan perseroan telah memperpanjang masa sewa 15 pesawat dan berhasil memperoleh pengurangan harga sewa hingga 30 persen.

“Pesawat yang diperpanjang posisi 2018/2019 yang tiga atau empat tahun ke depan akan jatuh tempo. Saat ini sudah ada 10 unit-15 unit pesawat yang diperpanjang,” ujarnya kepada wartawan di Kantor Pusat Garuda Indonesia, Tangerang, Sabtu (27/7).

Fuad menjelaskan sebagian pesawat yang dimiliki perseroan berasal dari operating lease (sewa operasi). Pada saat masa sewa berakhir, pesawat akan dikembalikan kepada lessor (perusahaan pemberi sewa).

“Kami bisa menghemat biaya 25 persen-30 persen dengan memperpanjang masa sewa pesawat. Saat ini kami negoisasi perpanjang masa sewa pesawat dengan ICBC Leasing,” ucapnya.

Menurutnya dengan memperpanjang masa sewa pesawat juga mendorong upaya perseroan untuk mengurangi utang jangka pendek. “Kami berencana mengurangi porsi utang jangka pendek dengan reprofilling balance sheet, utang jangka panjang lebih besar dari utang jangka pendek karena lebih menarik investor,” katanya.

Sementara langkah pengurangan pesawat, menurut Fuad, perseroan dapat menghemat pengeluaran bahan bakar sekitar lima persen pada triwulan I 2019. “Sejak Januari biaya bahan bakar naik 20 persen tapi bahan bakar kita optimalkan produktivitas. Kami tidak lagi menggeber utilisasi pesawat tapi disesuaikan dengan permintaan pada jam sibuk,” jelasnya.

Fuad menambahkan perseroan juga mengurangi frekuensi penerbangan di sejumlah rute sepi. Langkah ini sangat efektif untuk menekan pengeluaran dari sisi bahan bakar.

“Kami mengurangi jam kurang ramai (frekuensi), sehingga volume bahan bakar yang keluar lebih sedikit dari tahun sebelumnya,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement