REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat penurunan kerugian pada kuartal III 2020 dibandingkan kuartal kedua. Pada kuartal II, kerugian Garuda Indonesia mencapai 599,9 juta dolar AS.
"Kalau dari segi profitability, memang masih negatif. Laba rugi kita masih dalam posisi 368,4 juta dolar AS (pada kuartal tiga)," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam konferensi video, Selasa (15/12).
Meskipun begitu, Irfan memastikan Garuda juga berhasil mempertahankan konsistensi kinerja bisnis kargo. Pada Oktober 2020, Garuda Indonesia Group mencatatkan jumlah tertinggi angkutan kargo sejak masa pandemi yakni sebesar 21.980 ribu ton.
Irfan mengatakan, capaian tersebut setara dengan 83 persen dari jumlah angkutan kargo pada masa sebelum pandemi. Dengan capaian tersebut, Irfan yakin bisnis kargo memiliki potensi yang dapat terus dimaksimalkan kedepannya.
"Bahkan melebihi capaian angkutan kargo sebelum masa pandemi, khususnya dengan momentum perkembangan industri e-commerce di Indonesia saat ini," ungkap Irfan.
Dia menambahkan, menjelang 2021, Garuda Indonesia akan terus memperkuat upaya akselerasi pemulihan kinerja dengan fokus utama pada penyelarasan strategi perusahaan. Khususnya melalui optimalisasi pangsa pasar domestik maupun lini bisnis penunjang seperti kargo udara, umrah, dan perluasan portofolio bisnis anak usaha.