REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pada Selasa (23/7) bahwa perdagangan global meningkat hanya 0,5 persen pada kuartal pertama 2019. Hal inimenandai laju pertumbuhan tahun-ke-tahun paling lambat sejak 2012 di tengah tanda-tanda perlambatan yang lebih signifikan.
IMF pada Selasa (23/7) menurunkan perkiraannya untuk pertumbuhan global tahun ini dan selanjutnya, memperingatkan bahwa lebih banyak tarif-tarif AS-China, tarif mobil atau Brexit yang tidak teratur, lebih jauh dapat memperlambat pertumbuhan, melemahkan investasi, dan mengganggu rantai pasokan.
Kepala ekonom IMF Gita Gopinath mengatakan kepada wartawan di Santiago, Chili, pemberi pinjaman global tidak melihat tanda-tanda resesi, tetapi memang melihat risiko penurunan yang signifikan untuk pertumbuhan global ke depan, termasuk meningkatnya perang perdagangan.
Sementara Wakil Direktur Departemen Penelitian IMF Gian Maria Milesi-Ferretti, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara bahwa perdagangan yang lesu disebabkan beberapa faktor, termasuk ketidakpastian yang disebabkan oleh perang perdagangan AS-China, investasi yang lebih lemah, dan siklus pelemahan di sektor otomotif dan teknologi.
"Akhir 2018 cukup lemah. Anda memiliki kombinasi faktor yang berperan di sini, beberapa di antaranya bersifat sementara dan beberapa di antaranya mungkin merupakan tanda perlambatan yang lebih signifikan," tutur Milesi-Ferretti.
Milesi-Ferretti mengatakan perdagangan terutama didorong oleh barang-barang investasi, dan aktivitas investasi lemah di Amerika Latin, Eropa dan, yang penting, China, yang menghadapi perlambatan permintaan domestik cukup besar.
"Ketika investasi melambat di China, itu terlihat di layar radar global," katanya.
Perdagangan global juga dilanda siklus penurunan perdagangan barang dan komponen yang terkait dengan produksi produk teknologi seperti iPhone dan elektronik lainnya.
"Siklus itu telah memberikan dorongan besar bagi perdagangan global pada akhir 2017, tetapi telah berubah dan sudah sangat lemah baru-baru ini dan itu ditunjukkan angka-angka perdagangan, terutama di Asia," kata Milesi-Ferretti.
Lebih lanjut ia mengatakan, pengurangan permintaan mobil dan gangguan pada produksi mobil di Jerman adalah faktor lain di balik perdagangan yang lesu. "Ketika Anda mengalami peningkatan dalam ketidakpastian ... hal pertama yang dilakukan konsumen adalah memotong pembelian barang-barang tahan lama dan menunggu situasi untuk mengklarifikasi," papar Milesi-Ferretti.
Dia mengatakan tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan China juga memengaruhi rencana investasi, lebih lanjut mengurangi prospek.
Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif pada sisa 300 miliar dolar AS impor dari China yang masih bebas darinya, dan menaikkan tarif impor mobil Eropa dan Jepang hingga 25 persen. Langkah-langkah itu memicu tindakan pembalasan.
Kekhawatiran tentang tarif berarti "perusahaan mungkin berpikir dua kali sebelum mendirikan fasilitas produksi di luar negeri, sebelum memperluas produksi, karena mereka ingin tahu seperti apa lingkungan global nantinya," kata Milesi-Ferretti.
Dia mengatakan tidak jelas seberapa cepat ekonomi akan pulih setelah tarif dicabut karena akan tergantung pada apakah orang merasa resolusi yang lebih tahan lama telah ditemukan.
Ekonom IMF juga mengutip bukti anekdotal yang berkembang tentang perubahan struktural dalam rantai pasokan global yang dipicu oleh ketegangan perdagangan saat ini di seluruh dunia.