REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah berpeluang mengalami penguatan. Salah satu faktor pendorong yakni penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari 6 persen menjadi 5,75 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan keputusan penurunan ini memberikan persepi positif bagi pasar keuangan Indonesia. “Perkembangan nilai tukar, ada kecenderungan menguat, supplay demand bergerak aktif, mekanisme pasar berjalan secara baik,” ujarnya kepada wartawan di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (19/7).
Pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat ke level Rp 13.960 per dolar AS. Bahkan, menurut Perry, rupiah sempat berada di bawah Rp 13.850 hingga Rp 13.900 per dolar AS.
“Kami menekankan bahwa investor dan pasar, investor dalam negeri atau luar negeri menyambut positif keputusan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin, dan menambah positif dari pasar maupun investor,” jelasnya.
Ke depan, Bank Indonesia melihat prospek ekonomi Indonesia akan membaik dengan stabilitas terjaga. Apalagi, persepsi investor asing cukup baik terlihat dari aktivitas sektor valas baik suplai dan permintaan yang terus berjalan positif.
“Para investor, pelaku dunia usaha, perbankan dan semua pelaku pasar yang menyambut positif ini dan ini akan menjadi faktor positif melihat perbaikan ekonomi Indonesia ke depan,” ungkapnya.
Pada Juni 2019, nilai tukar rupiah menguat 1,04 persen secara point to point dibandingkan dengan level akhir Mei 2019, dan 1,13 persen secara rerata dibandingkan dengan level Mei 2019. Penguatan rupiah berlanjut pada Juli 2019, yakni 1,06 persen sampai 17 Juli 2019 secara point to point dibandingkan dengan level akhir Juni 2019.
Penguatan tersebut didorong oleh menariknya imbal hasil investasi portofolio di aset keuangan domestik. Selain itu, persepsi positif terhadap prospek ekonomi Indonesia makin baik, termasuk pasca peningkatan sovereign rating Indonesia oleh Standard and Poor’s (S&P), serta berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global sejalan prakiraan kebijakan moneter global yang lebih longgar.
Perkembangan positif ini kemudian mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing dan memperkuat rupiah. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun valas.