REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- President and CEO Inpex Takayuki Ueda mengatakan Inpex Masela bersama Shell Upstream Overseas akan melakukan persiapan untuk melakukan produksi di proyek abadi pada Blok Masela. Hal ini menyusul keputusan pemerintah Indonesia yang menyetujui revisi rencana pengembangan atau plan of development (POD) LNG Abadi dan permohonan untuk alokasi tambahan waktu selama tujuh tahun dan perpanjangan production sharing contract (PSC) wilayah kerja atau Blok Masela selama 20 tahun hingga 2055.
Ueda mengatakan, Inpex akan terus bekerja sama dengan Shell dan pemerintah Indonesia untuk memulai persiapan yang diperlukan, dengan memulai tahapan front end engineering design (FEED) atau pengerjaan tahapan desain detil. "Kami menargetkan untuk memulai produksi pada paruh kedua dekade 2020," ujar Ueda saat jumpa pers di Ayana MidPlaza, Jakarta, Selasa (16/7).
Ueda menyebutkan sejarah Inpex tidak bisa dilepaskan dari Indonesia, di mana pada 1966, Inpex telah masuk ke Indonesia dan telah terlibat dalam berbagai kegiatan hulu migas dengan akumulasi 43 proyek seperti Blok Attaka dan Mahakam di lepas pantai.
"Saat ini ada lima proyek yang sedang dikembangkan Inpex di antaranya proyek LNG Abadi sebagai operator sejak 1998," kata Ueda.
Selain Blok Masela, Inpex juga sedang melakukan aktivitas eksplorasi dan produksi di Sarulla, Sebuku, Babar Selaru, dan Tangguh, baik sebagai operator maupun mitra usaha.
Khusus untuk Blok Masela, VP Corporate Service Inpex Masela, Nico Muhyiddin, optimistis produksi Blok Masela akan mendorong potensi pendapatan nasional sebesar 153 miliar dolar AS, peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar 33 miliar dolar AS, dan memberikan kesempatan bekerja bagi 73 ribu orang per tahun selama periode 33 tahun.
Nico menyampaikan manfaat juga akan dirasakan Provinsi Maluku dan juga Kabupaten Kepulauan Tanimbar dari segi pendapatan daerah dan lapangan kerja. "Dampak langsung dan dampak tidak langsung bergantung pada keberlangsungan proyek dan keberhasilan operasi," ujar Nico.