Senin 15 Jul 2019 12:36 WIB

Hama Impor Ancam Swasembada Jagung

Kerusakan akibat hama ulat grayak ini umumnya terjadi pada tanaman jagung muda.

Rep: M Akbar/ Red: Friska Yolanda
Focus Group Discussion 'Respons Cepat Invasi Ulat Grayak Jagung, di kampus IPB, Darmaga, Bogor, Senin (15/7).
Foto: Republika/M Akbar
Focus Group Discussion 'Respons Cepat Invasi Ulat Grayak Jagung, di kampus IPB, Darmaga, Bogor, Senin (15/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Swasembada jagung mendapat ancaman serius dari hama ulat impor. Hasil penelitian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) memverifikasi ulat impor dari spesies Spodoptera frugiperda itu merupakan hama baru yang sangat merusak pertanaman jagung. 

"Hama ini bergerak sangat cepat dan merusak," kata Ketua Departemen Proteksi Tanaman IPB, Suryo Wiyono, dalam kegiatan focus group discussion (FGD) di kampus IPB, Darmaga, Bogor, Senin (15/7).

Baca Juga

Pakar hama tanaman IPB, Dr Dewi Sartiami, menjelaskan serangan hama baru ini telah diverifikasi berdasarkan hasil penelitian di Pasaman, Sumatera Barat. Saat ini, kata dia, penyebarannya terus meluas sampai ke Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat. 

"Melihat sebaran serangan hama ini yang terus meluas, diperkirakan hama ini masuk ke Indonesia sudah cukup lama tapi baru kita ketahui sekarang," ujarnya. 

Dewi menambahkan kerusakan yang diakibatkan oleh hama ulat grayak ini umumnya terjadi pada tanaman jagung muda. Tingkat serangan yang ditimbulkan pada tanaman jagung bisa mencapai 100 persen dengan kerusakan mencapai 40 persen. 

Hama Spodoptera frugiperda ini, kata dia, merupakan hama yang telah menimbulkan kerusakan serius di India, Brasil, Togo, Afrika dan Thailand. "Jadi kita harus bekerja sama di semua level dan kita harus siap-siap adanya potensi serangan hama lainnya juga," kata dia. 

Kepala Bidang Karantina Tumbuhan Benih Kementerian Pertanian, Maman Suparman, meminta semua pihak untuk lebih meningkatkan kewaspadaan. Terutama, kata dia, para petani jagung di wilayah Sulawesi Selatan yang menjadi sentra produksi jagung maupun Jawa Timur yang menjadi lokasi sentra benih jagung. 

"Sejauh ini memang bukan OPT (organisme penganggu tanaman) karantina 2018. Jadi kami terima kasih kepada IPB yang sudah melaporkan temuan ini," katanya. 

Sementara itu, Reflinaldo dari Universitas Andalas Sumatera Barat, membenarkan serangan ulat hama impor ini sudah menyerang di hampir seluruh kabupaten di Sumatera Barat. Serangannya ulat ini, kata dia, terjadi pada tanaman sweet corn atau jagung buat makanan manusia hingga jagung buat pakan ternak. 

"Sampai bulan ini, saya terus memantau dan diketahui bahwa hampir seluruh kabutapen yang menanam jagung sudah dilaporkan (adanya serangan Spodoptera frugiperda)," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement