Kamis 27 Jun 2019 18:45 WIB

KEIN: Aliran Investasi Asing Belum Mampu Dongkrak Ekspor

Realisasi investasi tidak sejalan dengan keinginan pemerintah.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Investasi
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Investasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menyatakan, aliran foreign direct investment (FDI) atau investasi asing langsung belum mampu secara signifikan mendorong peningkatan ekspor dari industri dalam negeri. Sejauh ini, berdasarkan hasil kajian KEIN, investor asing yang menanamkan modalnya cenderung sekadar memanfaatkan pasar dalam negeri untuk meraup keuntungan bisnis. 

"Investasi asing langsung yang masuk ke Indonesia belum mendorong kinerja ekspor dan juga tidak berdampak positif terhadap serapan tenaga kerja," kata Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta di Jakarta, Kamis (27/6).

Baca Juga

Ia mengatakan, kondisi tersebut kurang sejalan dengan keinginan pemerintah yang ingin meningkatkan investasi demi meningkatkan kinerja ekspor nasional. Sebab, dengan bertambahnya aliran investasi yang masuk ke Indonesia, diharapkan memperkuat daya saing industri nasional untu menjamah pasar global. 

Investasi dari para investor asing yang menanamkan modal di Indonesia lebih karena untuk mengembangkan usaha yang memanfaatkan potensi pasar masyarakat Indonesia. Seperti misalnya, industri sektor makanan dan minuman jadi yang memang hanya diproduksi dan didistribusikan di Indonesia. 

"Padahal, yang juga diharapkan presiden investasi asing itu harus bisa menghasilkan devisa bagi negara," ujarnya. 

Selain mesti menghasilkan devisa, investasi asing seharusnya menambah pembukaan lapangan kerja. Namun, dari kajian KEIN, penyediaan lapangan kerja sama sekali tidak terpengaruh imbas adanya investasi asing yang masuk. Karena itu, KEIN merekomendasikan agar aliran investasi bersinergi dengan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) termasuk koperasi. 

Pemberdayaan UMKM dan Koperasi diperlukan agar seluruh investasi yang masuk dapat lebih memberikan multiplier effect. Selain itu, investasi dalam negeri dari sektor swasta juga tak boleh luput untuk terus ditingkatkan. Dengan kata lain, kata Arif, investasi harus mulai diarahkan secara tepat ke sektor-sektor industri yang memang berorientasi pada ekspor. 

"Intinya investasi yang masuk harus menghasilkan devisa dari ekspor dan menciptakan lapangan pekerjaan," ujar dia. 

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi sepanjang kuartal I 2019 mencapai Rp 195,1 triliun atau naik 5,3 persen dibanding periode sama tahun lalu. Investasi dalam negeri tercatat mencapai Rp 87,2 trilun. Sementara, investasi asing sebanyak Rp 107,9 triliun. 

Lebih rinci, investasi asing yang masuk tersebut tercatat mengalami penurunan 0,9 persen dibanding periode sama tahun lalu yang menembus Rp 108,9 triliun. Investasi asing terbesar mengalir ke sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi dengan nilai Rp 1,64 triliun. Dari segi lokasi, investasi asing paling banyak ditanamkan di Provinsi Jawa Barat dengan nilai Rp 1,71 triliun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement