Jumat 21 Jun 2019 05:30 WIB

Tekan Cost Recovery, SKK Migas akan Tempuh Cara Ini

Hingga Mei 2019 realisasi cost recovery sebesar 4,05 miliar dolar AS.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang baru, Dwi Soetjipto
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang baru, Dwi Soetjipto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Kerja Khusus Hulu Migas (SKK Migas) mentargetkan angka cost recovery atau pengembalian biaya operasional hulu migas lebih rendah dari tahun ini. Hal ini, perlu dilakukan agar kerja hulu migas bisa lebih efisien.

Kepala SKK Migas, Dwi Sutjipto menjelaskan pada tahun depan cost recovery diusulkan berkisar antara 10 hingga 11 miliar dolar AS. Angka ini, jika dibandingkan target tahun 2019 yang dipatok sebesar 10,22 miliar dolar AS masih sama.

Baca Juga

Namun, kata Dwi, hal tersebut dikarenakan pada penyusunan pagu anggaran 2019, memasang cost recovery sebesar 10,22 miliar dolar AS terlalu rendah. "Ya, itu yang masang asumsi tahun ini memang kekecilan. Tapi kan yang paling penting ini lihat di 2018 kan 12 miliar dolar AS kan. Nah, ini sudah lebih turun outlook-nya," ujar Dwi di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (20/6).

Ia menjelaskan hingga Mei 2019 realisasi cost recovery sebesar 4,05 miliar dolar AS. Melihat hal tersebut maka hingga akhir tahun SKK dan ESDM memprediksi hingga akhir tahun cost recovery yang perlu ditanggung pemerintah sebesar 11,46 miliar dolar AS.

"Tapi meski begitu akhir tahun ini dijaga supaya tidak sampai sentuh angka 11,46 miliar dolar AS. Ya kita jaga supaya gap-nya nggak lebih dari 10 persen dari apa yang ditargetkan dari APBN 2019 ini. Tapi itu pun sudah dibawah 2018 kan," ujar Dwi.

Ia juga menjelaskan untuk tahun depan sendiri, satu satunya upaya SKK Migas untuk bisa mencapai angka cost recovery yang lebih rendah lagi adalah upaya efisiensi. "Ini kan target antara 10-11 miliar dolar AS. Upayanya ya efisiensi. Misalnya, sampai akhir tahun 11 miliar dolar. Maka targetnya tahun depan ya dibawah 11 miliar dolar AS. Ya efisiensi. Kan ada hitungan cost of barel. Kita upayakan itu," tambah Dwi.

Disatu sisi, kata Dwi, hal tersebut juga sejalan dengan usulan lifting minyak dan gas pada tahun depan. SKK Migas mengusulkan memang lifting minyak lebih rendah dibandingkan pada 2019. Hal ini tak bisa dihindari kata Dwi, karena produksi lapangan yang ada juga tidak ada penambahan, malah penurunan.

Namun, kata Dwi secara total lifting minyak dan gas, angkanya lebih besar dibandingkan 2019 ini. Hal ini didongkrak dari lifting gas lebih tinggi dibandingkan 2019 ini.

Tercatat lifting minyak pada 2020 diusulkan sebesar 734 ribu barel per hari. Angka ini turun dibandingkan target 2019 yang sebesar 775 ribu barel per hari. 

Sedangkan lifting gas mencapai 1.159 ribu barel setara minyak per hari. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan target 2019 sebesar 1.072 ribu barel setara minyak per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement