Rabu 19 Jun 2019 07:02 WIB

Nilai Tukar Rupiah Diproyeksi Rp 14.300, Ini Alasannya

Kondisi ekonomi yang membaik mendoronf proyeksi nilai tukar rupiah.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Rupiah
Foto: Antara
Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan empat faktor yang mendasari proyeksinya terhadap nilai tukar rupiah pada 2020 dapat mencapai Rp 13.900 hingga Rp 14.300 per dolar AS. Empat faktor tersebut meliputi faktor eksternal dari kondisi perekonomian global hingga kebijakan internal. 

Dasar pertama Perry adalah prospek ekonomi Indonesia yang diprediksi akan membaik. Baik dari sisi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, inflasi lebih rendah dan current account deficit (CAD) terjaga di kisaran dua hingga 3,5 persen dari Produk Domstik Bruto (PDB).

"Dan tentu saja dari sektor keuangan, di mana pertumbuhan kredit membaik," katanya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/6).

Perry menilai, kondisi ekonomi Indonesia yang membaik tersebut akan memberikan dampak terhadap beberapa hal. DI antaranya mendorong sentimen positif bagi aliran modal masuk ke Indonesia atau inflow, baik dalam bentuk portofolio ataupun Penanaman Modal Asing (PMA).

Perry menambahkan, kondisi pasar keuangan global yang akan lebih baik pada tahun depan dibanding dengan tahun ini. Sebab, perang dagang diprediksi mereda dan kebijakan bank sentral di berbagai negara, termasuk The Fed yang lebih dovish.

Saat ini, banyak pandangan yang memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga. Tapi, sekarang ada kemungkinan sebaliknya, di mana bank sentral AS tersebut akan menurunkan suku bunga. "Ini akan memberikan suatu faktor positif atas masuknya aliran modal asing, sehingga menjaga stabilitas eksternal Indonesia," ujar Perry.

Dasar ketiga, sinergi antara berbagai kebijakan yang ditempuh BI, pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Khususnya untuk memperbaiki CAD, mendorong arus modal asing dan pertumbuhan ekonomi. Baik itu dengan mendorong ekspor, menarik modal asing ke Indonesia hingga memperbaiki iklim investasi.

Di sisi lain, Perry menuturkan, BI sendiri akan terus melakukan kalibrasi agar bauran kebijakan moneter dan pendalaman pasar keuangan dapat menjaga stabilitas ekonomi juga mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dasar keempat, kondisi pasar valuta asing (valas) yang jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun belakang. Hal ini dikarenakan adanya berbagai instrumen yang sudah dikembangkan BI seperti domestic loan delivery forward.

"Termasuk juga, peraturan market operator sehingga pasar valas akan bergerak lebih baik," tutur Perry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement