REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, kemungkinan ekspor cabai dimungkinkan, mengingat tingkat produksi di dalam negeri sedang berlangsung tinggi. Kendati demikian menurut dia, ekspor komoditas cabai olahan lebih prospektif di kancah internasional.
Hal itu dikarenakan, kata Nailul, komoditas cabai merupakan komoditas yang tidak tahan lama atau rentan terhadap kerusakan. Jika komoditas tersebut dikirim dalam perjalanan ekspor yang relatif lama, maka dapat dimungkinkan peluang membusuknya cabai semakin besar.
“Beda dengan olahan seperti sambal ya, itu bisa lebih tahan lama,” kata Nailul saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (16/6).
Nailul menambahkan, selain dapat terlepas dari kerentanan pembusukan cabai, sambal olahan juga memiliki daya saing yang tinggi dan memacu nilai tambah. Apalagi, kata dia, sambal Indonesia memiliki keanekaragaman yang sangat menarik serta memiliki cita rasa yang kuat.
Terkait dengan kesiapan dunia industri, Nailul berkesimpulan, sektor Industri di Tanah Air mampu bersaing dan memanfaatkan momentum tersebut. Hal itu dapat saja dilakukan, kata dia, asalkan pemerintah serius untuk memulai kebijakan ekspor cabai olahan yang lebih terstruktur.
“Industri rumahan atau yang berskala menengah harusnya bisa bersaing,” kata dia.