REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata menggandeng Astra Internasional untuk bekerja sama dalam pengembangan bisnis homestay di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Bisnis homestay Pulau Pramuka diharapkan bisa memiliki standar internasional agar dapat menyambut wisatawan secara optimal.
Wakil Ketua I Tim Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata, Alicia Tiffany Beandda, mengatakan, Indonesia punya keberagaman hunian yang lebih banyak dibandingkan negara ASEAN lainnya yang dapat menjadi aset pariwisata. "Bangunan di Indonesia beragam bentuknya. Ini potensi. Bangunan dapat disesuaikan dengan kondisi geografis dan iklim lingkungan di sekitar," kata Alicia, kemarin.
Alicia menjelaskan, selain mempertahankan identitas setempat, Homestay Desa Wisata diarahkan dapat memberikan pengalaman berbeda yang tidak ditemukan di hotel atau penginapan lain. Melalui program homestay desa wisata, diharapkan wisatawan tidak hanya menginap, tetapi juga lebih mengenal warga dan ikut berkegiatan seperti yang biasa dilakukan warga setempat sehari-hari.
“Homestay harus punya kegiatan, selain jadi tempat menginap. Sebagai contoh pemilik homestay bisa membuat paket aktivitas di laut seperti snorkeling. Makan ikan bersama pemilik homestay misalnya, menjadikan ada pengalaman tersendiri yang bisa dibawa pulang”, katanya.
Tim Percepatan Homestay Desa Wisata juga memberikan Buku Panduan Homestay kepada Dispar dan Pokdarwis di Pulau Pramuka yang mengacu pada standar ASEAN. Diharapkan acuan tersebut menjadi pedoman pemerintah setempat agar homestay yang dikembangkan sesuai keinginan pemerintah pusat.
"Panduan terus diperbarui dengan informasi-informasi yang dapat menjadikan buku semakin lengkap, khususnya mengenai regulasi perundangan yang melingkupinya," ujarnya.