Kamis 13 Jun 2019 17:31 WIB

Menkeu Sebut Tiga Kemungkinan Buat Rupiah Melambung Tinggi

Menkeu menyebut ada tiga ketidakpastian global bisa buat rupiah melambung tinggi

Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan pers mengenai pembayaran tunjangan hari raya (THR) 2019 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (24/5).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan pers mengenai pembayaran tunjangan hari raya (THR) 2019 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (24/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, ada tiga ketidakpastian global yang diperkirakan masih terjadi pada 2020. Ketidakpastian global akan mendorong bergeraknya kurs rupiah ke Rp 14 ribu hingga Rp 15 ribu per dolar AS.

Hal tersebut berdasarkan asumsi kurs dari pemerintah itu lebih lemah dibandingkan perkiraan Bank Indonesia yang sebesar Rp13.900-Rp14.300 per dolar AS. Hal tersebut ia katakan dalam rapat dengan Komisi XI DPR terkait Pembicaraan Pendahuluan RAPBN 2020 di Jakarta.

Baca Juga

Ia mengatakan, tiga sumber ketidakpastian global itu adalah, pertama, berlanjutnya perang dagang yang terus dilakukan Amerika Serikat dan Cina. Berlarutnya perang dagang antara dua negara raksasa ekonomi dunia itu menimbulkan perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.

"Ada risiko berlanjutnya perang dagang dan dampaknya ke pertumbuhan ekonomi dunia di tengah pertumbuhan ekonomi global yang masih relatif lemah," ujar dia di Jakarta, Kamis (13/6).

Fenomena kedua yang bisa menjadi sumber gejolak adalah masih tingginya impor karena Indonesia membutuhkan investasi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator investasi yakni pembentukan modal tetap bruto (PMTB) ditargetkan Sri Mulyani pada 2020 untuk tumbuh 7 persen-7,4 persen.

Pertumbuhan investasi di rentang tersebut dibutuhkan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi ke rentang 5,3 persen hingga 5,6 persen pada 2020. Sedangkan, sumber tekanan terhadap kurs yang ketiga adalah stagnasi harga komoditas yang akan memengaruhi kinerja ekspor Indoneisa.

Seperti diketahui, Indonesia masih mengandalkan komoditas seperti batu bara dan minyak sawit mentah untuk ekspor.

"Namun, selain depresiasi, di 2020 ada juga faktor yang akan mendorong apresiasi rupiah, seperti tidak berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter the Fed, Bank Sentral AS, dan masuknya arus modal asing seiring membaiknya perekonomian domestik," kata Sri.

Selain asumsi kurs, Menkeu juga mengajukan beberapa asumsi makro kepada Komisi XI DPR untuk dibawa dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN 2020, yakni pertumbuhan ekonomi 5,3-5,6 persen, inflasi 2-4 persen (yoy), tingkat bunga surat perbendaharaan negara (SBN) tiga bulan 5 persen-5,6 persen, nilai tukar Rp 14 ribu-Rp 15 ribu per dolar AS, harga minyak mentah 60-70 dolar AS per barel.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement