Selasa 11 Jun 2019 07:55 WIB

Pemerintah dan Inpex Teken Kerja Sama pada Pertengahan Juni

Investasi yang disiapkan Inpex untuk Blok Masela diperkirakan 20 miliar dolar AS.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Blok Masela
Blok Masela

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembahasan tentang pengembangan Lapangan Gas Abadi mendekati final. Rencananya pada pertengahan Juni ini antara Pemerintah dan Inpex akan menandatangani Head Of Agreement (HoA).

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soejipto menjelaskan saat ini kedua belah pihak sedang memfinalisasi tahap pembahasan legal. Setelah legal selesai, maka bisa diteken kesepakatan pokok-pokok kerja sama.

Baca Juga

"Mudah-mudahan (tanda tangan) HoA kalau bisa di pertengahan bulan ini," ujar Dwi di Kementerian ESDM, Senin (10/6) malam.

Selain sedang merampungkan HoA, Dwi juga menjelaskan dari sisi besaran investasi kedua belah pihak juga sudah menyepakati nilai investasi dari Blok Masela ini. Hanya saja, dia belum berani membeberkan nilai pasti dari investasi Inpex tersebut. Dia menyebut nilai investasi akan diumumkan usai penandatanganan POD.

"Nanti saja kalau sudah ditandatangani kita akan sampaikan. Yang sudah pernah Pak Menteri sampaikan sekitar 20 miliar dolar AS, cuma nanti ada tepatnya berapa, nanti kita sampaikan," ujarnya.

Kesepakatan POD Masela tercapai setelah melalui serangkaian pertemuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan Chief Executive Officer Inpex Corporation Takayuki Ueda di Tokyo. Pada pertemuan 16 Mei kemarin kedua belah pihak sepakat menyusun kerangka final POD Blok Masela di Laut Arafuru, Maluku. Kemudian pada 27 Mei disepakati kerangka detail POD tersebut.

Sejak kontrak diteken pada 1998, pengembangan Blok Masela tidak kunjung memasuki tahap konstruksi. Inpex sebelumnya telah mendapat persetujuan POD pada 2010. Namun lantaran menemukan tambahan cadangan, perusahaan migas asal Jepang itu kemudian mengajukan revisi POD dari kapasitas kilang 2,5 juta ton per tahun menjadi 7,5 juta ton per tahun pada 2015.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement