REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga Syariah) mencatatkan kinerja positif sepanjang kuartal pertama tahun 2019. Pembiayaan, dana pihak ketiga (DPK), laba sebelum pajak, dan aset mencatatkan peningkatan cukup signifikan. CIMB Niaga Syariah membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp 236,52 miliar.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara mengatakan CIMB Niaga Syariah kini menjadi bank Syariah dengan aset terbesar kelima di Indonesia. Ini merupakan hasil dari salah satunya penerapan dual banking leverage model (DBLM).
"Sehingga kami dapat memaksimalkan berbagai keunggulan yang dimiliki bank induk, mulai dari jaringan layanan, produk, maupun keahlian," kata Pandji pada Diskusi Bersama CIMB Niaga di Bandung, Selasa (21/5) melalui siaran persnya.
Pandji merinci, per 31 Maret 2019, pembiayaan meningkat sebesar 61,1 persen year on year (YoY) menjadi Rp 28,04 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari pembiayaan Syariah untuk proyek-proyek berskala besar di bidang infrastruktur yang sedang dikembangkan Pemerintah.
Selain itu karena pembiayaan perumahan atau KPR iB. Dari sisi penghimpunan DPK, CIMB Niaga Syariah tumbuh 51,0 persen YoY menjadi Rp 26,52 triliun. Dengan raihan tersebut, CIMB Niaga Syariah membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp 236,52 miliar, naik 54,1 persen dari periode yang sama tahun lalu.
"Pencapaian tersebut berkontribusi pada peningkatan aset menjadi Rp 35,15 triliun, naik signifikan sebesar 57,3 persen YoY," kata dia.
Pandji meyakini dengan dukungan penuh bank induk dan regulasi yang kondusif dari pemerintah, CIMB Niaga Syariah akan semakin besar. Dan menjadi salah satu kontributor terhadap perkembangan industri Syariah di Tanah Air.
Terkait strategi ke depan, Pandji menegaskan akan terus melakukan inovasi baik pada produk maupun layanan agar dapat menjadi bank Syariah pilihan masyarakat dari berbagai segmen. Selain itu, pengembangan produk-produk berbasis digital juga terus dilakukan.