REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah tengah memasifkan konversi minyak solar konvensional (B0) yang berasal dari minyak bumi, menjadi biosolar, yang dicampur dengan Fatty Acid Methyl Esther (FAME) sebesar 20 persen (B20). Dalam perencanaan jangka panjang, campuran solar konvensional dengan Biodiesel FAME berbahan baku minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) akan dilakukan kajian potensi kemungkinan menjadi B100.
Kepala Badan Litbang Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan pemerintah pun terus mengkaji penyediaan sarana prasarana dan ongkos angkut B20 agar semakin efektif.
"Salah satu perhatian pemerintah adalah ketersediaan sarana prasarana di titik-titik pencampuran B20 yang masih belum optimal, juga ongkos angkut FAME menuju beberapa titik pencampuran yang masih cukup tinggi," ungkap Dadan, Ahad (19/5).
Dadan menjelaskan, Refinery Unit (RU) V Balikpapan milik PT Pertamina (Persero) misalnya, telah menggunakan metode Ship To Ship (STS) untuk menekan ongkos angkut FAME. Namun, hasil evaluasi penggunaan STS masih menunjukkan biaya operasional yang relatif tinggi.
"Solusi yang diperkirakan dapat menekan biaya operasional STS, salah satunya dengan memanfaatkan tangki-tangki minyak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas yang idle dan terjangkau jaraknya dengan RU V Balikpapan," kata Dadan.