REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan signifikan terhadap kinerja ekspor nasional sepanjang bulan April 2019. Laju ekspor tercatat anjlok 10,80 persen dibanding bulan Maret menjadi 12,60 miliar dolar AS. Kondisi itu diperparah karena laju impor justru naik 12,25 persen menjadi 15,10 miliar dolar AS.
Menanggapi itu, Menteri Pembangunan dan Perencanaan Nasional (PPN/Bappenas), Bambang Brodjonegoro, mengatakan, kondisi pelemahan ekspor itu lagi-lagi imbas dari situasi perdagangan global yang tidak kondusif.
“Ada dua hal. Melemahnya permintaan global dan dampak dari perang dagang,” kata Bambang kepada wartawan di Jakarta, Rabu (15/5).
Bambang menyampaikan, saat ini hampir semua negara yang menjadi mitra dagang utama Indonesia bersifat menahan permintaan. Hal itu utamanya dipicu akibat ketegangan perang dagang antara dua raksasa ekonomi terbesar di dunia, yakni Amerika Serikat dan Cina.
Hanya saja, Bambang kembali mengatakan, perang dagang yang tengah berlangsung antar kedua negara itu tetap masih menjadi peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan situasi. Perang tarif bea masuk yang diterapkan kedua negara, dapat dimanfaatkan industri dalam negeri untuk masuk menjadi eksportir.
“Kita bisa ambil manfaat dari situ. Jadi prioritas pemerintah itu. Nanti kita lihat, bagaimana dinamika globalnya,” tuturnya.
Selain itu, Bambang mengatakan, laju impor juga menjadi konsentrasi bagi pemerintah. Jika dibanding Maret 2019 mengalami penurunan, dibanding April 2018, laju impor justru mengalami penurunan 6,58 persen.
Menurut Bambang, impor perlu dijaga seimbang karena berkaitan dengan aktivitas industri domestik. “Impor ini melemah (secara tahunan). Tapi ini mungkin efek triwulanan,” ujar dia.