REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada Februari 2025 mencapai 18,86 miliar dolar AS. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan angka tersebut mengalami peningkatan 5,18 persen dibandingkan Januari 2025 dan naik 2,30 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Nilai impor Indonesia terdiri atas migas senilai 2,87 miliar dolar AS atau naik 15,50 persen dibandingkan Januari 2025," ujar Amalia saat jumpa pers di Jakarta, Senin (17/3/2025).
Kendati demikian, Amalia menyebut nilai tersebut lebih rendah 3,76 persen dibandingkan Februari 2024. Sementara nilai impor atas nonmigas tercatat sebesar 15,99 miliar dolar AS atau naik 3,52 persen dibandingkan Januari 2025 dan naik 3,47 persen dibandingkan Februari 2024.
Di sisi lain, lanjut Amalia, neraca perdagangan barang Indonesia pada Februari 2025 mengalami surplus sebesar 3,12 miliar dolar AS. Namun, angka ini turun sebesar 0,38 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya.
"Neraca perdagangan Indonesia 2020 surplus pada komoditas nonmigas sebesar 4,84 miliar dolar AS pada Februari 2025," ucap Amalia.
Amalia menyampaikan komoditas penyumbang surplus neraca perdagangan meliputi lemak, minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja. Amalia mengatakan surplus neraca perdagangan tidak terjadi pada komoditas migas.
"Pada saat yang sama, ucap dia, neraca perdagangan komoditas migas mencatat defisit 1,72 miliar dolar AS yang berasal dari defisit pada hasil minyak maupun minyak mentah," sambung Amalia.
Berdasarkan mitra dagang, lanjut Amalia, Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan beberapa negara. Surplus terbesar tercatat dengan Amerika Serikat sebesar 1,57 miliar dolar AS, diikuti oleh India sebesar 1,27 miliar dolar AS, dan Filipina sebesar 0,75 miliar dolar AS.
"Sementara itu, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara dan tiga yang terbesar defisitnya dengan Cina sebesar 1,76 miliar dolar AS, Australia dan Brasil," kata Amalia.