REPUBLIKA.CO.ID, BERN – Indonesia dengan Swiss berkomitmen menyelesaikan ratifikasi perjanjian kerja sama komprehensif Indonesia-EFTA (IE-CEPA) secepatnya. Dalam pertemuan yang dilakukan kedua negara di Liechtensein, Swis, pada 8-11 Mei kemarin, kedua negara juga sepakat melakukan sosialisasi perjanjian IE-CEPA kepada pelaku usaha.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, sosialisasi perjanjian IE-CEPA kepada pelaku usaha juga akan dilakukan ke sektor usaha kecil menengah (UKM) baik yang ada di Indonesia maupun UKM yang ada di Swiss.
“Hal ini diperlukan untuk memastikan saat proses ratifikasi rampung, para pelaku usaha dapat segera mengambil manfaat dari perjanjian perdagangan tersebut secara maksimal,” kata Enggar usai melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Ekonomi, Pendidikan, dan Penelitian Swiss, Guy Parmelindi, di Swiss seperti dalam keterangan pers yang diterima Republika, Ahad (12/5).
Dia menambahkan, untuk dapat meningkatkan pemahaman dan memaksimalkan manfaat dari IE-CEPA, pihaknya menilai keterlibatan ULM dan seluruh pelaku kepentingan terkait sangat dibutuhkan, termasuk dalam melakukan business matching dan forum bisnis antardua negara. Menurut dia, kedua negara sepakat perlunya intensifitas sosialisasi kepada dunia usaha.
Dalam kesempatan tersebut, pemerintah Indonesia mengunnungi World Trade Institute (WTI), di Bern, Swiss. Dalam kunjungannya, Enggar menyatakan hal tersebut sebagai upaya pemerintah menjajaki kerja sama kedua negara terkait pengembangan sumber daya manusia, khususnya untuk peningkatan kemampuan negosiasi perundingan perdagangan internasional.
Adapun peningkatan kapasitas tersebut direncanakan akan diberikan kepada para pegawai pemerintahan di tingkat awal dan para pejabat tinggi pengambil keputusan. Menurutnya, Izndonesia harua melakukan negosiasi-negosiasi perdagangan bertaraf internasional guna meningkatkan akses pasar produk Indonesia di pasar global.
“Indonesia membutuhkan negosiator-negosiator andal yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan,” kata dia.
Guna mencapai hal tersebut, pemerintah menjajaki peluang kerja sama melalui pemberian training dan kursus-kursus yang akan dilakukan di Indonesia serta pemberian beasiswa untuk para legawai Kementerian Peedagangan (Kemendag) yang akan melanjutkan pendidikan di tingkat master dan doktoral.
Perdagangan Indonesia-Swiss mencapai 1,54 miliar dolar AS dengan ekspor Indonesia ke Swiss sebesar 669,9 Juta dolar AS, impor sebesar 874,1 Juta dolar AS, dan defisit sebesar 204,2 Juta dolar AS.
Adapun ekspor utama Indonesia ke Swiss antara lain articles of jewellery sebesar 525,9 juta dolar AS, optical fibers and optical fiber bundles 65,2 juta dolar AS, gold 22,7 juta dolar AS, essential oils 7,03 juta dolar AS, dan synthetic organic colouring matter 3,9 juta dolar AS.
Sedangkan Impor utama Indonesia dari Swiss antara lain berupa emas senilai 203,7 juta dolar AS, turbo jets, turbo propellers, and other 35,4 juta dolar AS, Artificial corundum yang meliputi aluminium hydroxide 33,7 juta dolar AS, Provitamins and vitamins 26,5 juta dolar AS, tinta printing 21,4 juta dolar AS. Adapun Swiss tercatata sebagai salah satu negara investor yang paling penting di Indonesia. Nilai investasi Swiss di Indonesia mencapai 135,44 juta dolar AS dengan 188 proyek.