REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajemen PT Kimia Farma (Persero) Tbk meyakini dengan bergabungnya perseroan di Holding BUMN Farmasi akan dapat mendongkrak pangsa pasar perusahaan pelat merah di industri tersebut. Direktur Utama Kimia Farma Honesti Basyir menilai pihaknya memimpin dua BUMN lainnya dalam holding tersebut dari segi pangsa pasar (market share).
"Kita berharap kalau holding ini terbentuk, setidak-tidaknya dari sisi market share kita nomor satu. Kita perbaiki dengan sinergi dan efisiensi sehingga BUMN Holding Farmasi ini bisa nomor satu secara market share di industri farmasi Indonesia," katanya, Selasa (7/5).
Holding BUMN Farmasi akan dipimpin oleh PT Bio Farma (Persero). Sementara PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk sebagai anggotanya, ditambah PT Phapros yang baru saja diakuisisi Kimia Farma.
Menurut Honesti, Kimia Farma memiliki lini bisnis yang kuat mulai dari produksi hingga distribusi. Sehingga, Kimia Farma disebut paling siap dalam pembentukan holding.
Perseroan juga mengklaim berada di posisi keempat dalam industri farmasi Indonesia dengan pangsa pasar tertinggi. Ditambah lagi dengan akuisisi Phapros pada Maret lalu yang diyakini akan meningkatkan pangsa pasar perseroan.
Namun, sebagai perusahaan publik, posisi Kimia Farma dinilai akan sulit sehingga pemerintah memutuskan untuk menjadikan Bio Farma yang 100 persen dimiliki pemerintah sebagai induk holding. "Sekarang yang paling bagus market share kan Kimia Farma, kami nomor empat sekarang. Bio Farma susah, karena dia monopoli vaksin saja. Sementara Indofarma jauh di bawah," katanya.
Honesti menambahkan, proses kajian untuk pembentukan holding farmasi telah rampung. Saat ini proses yang berlangsung adalah penyusunan pengurusan Peraturan Pemerintah (PP) mengenai holding farmasi.
"Bolanya ada di pemerintah untuk pengeluaran PP. Semester I 2019 bisa dibentuk holding-nya, kemungkinan Juni," ujarnya.