REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tiga sektor yang memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2019. Sektor tersebut adalah industri dengan persentase 20,07 persen, perdagangan 13,20 persen dan pertanian dengan kontribusi 12,65 persen. Dari tiga sektor ini, hanya perdagangan yang memiliki pertumbuhan positif dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu (year on year/ yoy).
Menurut catatan BPS, laju pertumbuhan industri pengolahan pada kuartal pertama 2019 adalah 3,86 persen. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, angka tersebut melambat dibanding dengan periode yang sama pada kuartal pertama tahun lalu, yaitu 4,60 persen. "Dibandingkan kuartal pertama 2017 juga menurun, yakni 4,28 persen," tuturnya dalam konferensi pers di kantornya, Senin (6/5).
Suhariyanto menambahkan, penyebab perlambatan tersebut adalah industri batubara dan pengilangan migas. Secara yoy, pertumbuhan industri ini melambat sampai 4,19 persen. Sementara itu, secara kuartal atau dibandingkan kuartal keempat 2018, nilai pertumbuhannya juga minus 0,13 persen.
Di sisi lain, industri nonmigas mengalami pertumbuhan lebih besar. Pada kuartal pertama 2019, pertumbuhannya mencapai 4,80 persen. Suhariyanto menuturkan, penyebabnya adalah industri makanan dan minuman yang tumbuh 6,77 persen dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. "Ini didukung oleh peningkatan produksi CPO serta persiapan menjelang Ramadhan dan Lebaran," ujarnya.
Selain itu, industri tekstil dan pakaian juga tumbuh 18,98 persen yang didukung peningkatan produksi tekstil dan pakaian jadi saat momentum pemilu serta persiapan menjelang Ramadhan dan Lebaran. Kegiatan pemilu juga membantu mendorong pertumbuhan industri kertas dan barang dari kertas serta percetakan dan reproduksi media rekaman (9,22 persen). "Kombinasi kontraksi dan pertumbuhan di beberapa subsektor industri ini membuat industri pengolahan tumbuh 3,86 persen," ucap Suhariyanto.
Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan juga mengalami perlambatan. Yaitu, dari 3,34 persen pada kuartal pertama 2018 menjadi 1,81 persen pada kuartal pertama tahun ini. Suhariyanto mencatat, penyebabnya adalah pertumbuhan negatif pada tanaman pangan yang mencapai 5,94 persen secara yoy.
Meski tumbuh positif, pertumbuhan sektor pertanian terus mengalami perlambatan. Pada kuartal pertama 2017, tercatat pertumbuhannya mencapai 7,11 persen dan pada kuartal pertama 2018 adalah 3,34 persen. "Kalau kita berbicara pertanian, faktor utamanya adalah musim," ucap Suhariyanto.
Suhariyanto menjelaskan, salah satu penyebabnya adalah pergeseran masa panen dari Maret ke April, sehingga pertumbuhan tanaman pangan berkontraksi. Tapi, menurutnya, itu bukan satu-satunya alasan. Sebab, sektor kehutanan dan penebangan kayu turut mengalami kontraksi sampai 2,86 persen.
Dari tiga sektor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal pertama, sektor perdagangan tumbuh kuat. Pada kuartal pertama 2019, nilai pertumbuhannya adalah 5,26 persen, naik dari periode yang sama pada tahun lalu yakni 4,99 persen dan 4,61 persen pada 2017.
Suhariyanto mengatakan, faktor yang membuatnya tumbuh adalah peningkatan penjualan motor dan suku cadang dan kenaikan penjualan barang domestik untuk aktivitas kampanye. "Ke depan, tiga sektor ini diharapkan meningkat sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi," ucapnya.
Dari total pertumbuhan ekonomi 5,07 persen, Suhariyanto mengatakan, industri pengolahan masih menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yakni 0,83 persen. Kontribusi itu menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yakni 0,99 persen.