Senin 06 May 2019 10:44 WIB

Harga Pembelian Rendah, Peternak Keluhkan Jalur Suplai Telur

Satgas Pangan diimbau menelurusi permainan di jalur suplai telur agar harga stabil.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Agustia penjual telur ayam.negeri dan bahan pokok lainnya  di Pasa Kranggan, Jumat (1/2).
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Agustia penjual telur ayam.negeri dan bahan pokok lainnya di Pasa Kranggan, Jumat (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Peternak Layer Nasional (PLN) Musbar Mesdi mengeluhkan jalur suplai perdagangan telur yang kerap dipermainkan oleh pedagang. Akibatnya, harga telur ayam di konsumen akhir kerap melonjak meski pembelian di tingkat peternak rendah.

Menurut dia, permainan jalur suplai telur ayam kerap terjadi pada Ramadhan dan menjelang Lebaran. Tahun lalu, kata dia, harga pembelian telur di tingkat peternak cukup rendah di kisaran Rp 17 ribu per kilogram (kg) sementara harga di pasaran melonjak naik hingga Rp 27 ribu. Musbar menyampaikan, hal ini telah disampaikan kepada satuan tugas (Satgas) Pangan beberapa waktu lalu untuk ditindaklanjuti guna mengantisipasi kenaikan di tahun ini.

Baca Juga

“Modus mereka (pedagang), mereka naikkan harga tinggi selama dua hari di pasar, begitu harga sudah kadung tinggi tapi harga pembelian di peternak langsung dijomplangkan,” kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (6/5).

Sebelumnya, Kepala Perum Bulog Budi Waseso menyatakan harga telur ayam berpotensi mengalami kenaikan harga pada Ramadhan ini. Untuk itu pihaknya akan melakukan pemesanan di harga acuan yang diatur pemerintah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018 tentang harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga acuan di tingkat konsumen disebutkan, harga pembelian di tingkat peternak berada di kisaran Rp 18 ribu-Rp 20 ribu per kg. Sedangkan harga acuan pembelian di tingkat konsumen maksimal menyentuh Rp 23 ribu per kg.

Menurut Musbar, sejauh ini hanya pedagang kelompok ritel saja yang mematuhi aturan pembelian telur peternak sesuai dengan aturan yang diatur Kementerian Perdagangan (Kemendag). Meski begitu, kontribusi ritel menyerap pembelian telur peternak pun belum signifikan karena domain market ritel bermain di kelas menengah ke atas.

Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga telur ayam ras pada 6 Mei 2019 berada di rata-rata Rp 24.800-Rp 27.150 per kilogram (kg). Masih mengacu catatan tersebut, harga terendah telur ayam ras berada di kisaran Rp 21.550 per kg sedangkan harga tertinggi berada di level Rp 33.900-Rp 33.700 per kg.

Rata-rata wilayah yang mengalami harga telur ayam ras tertinggi berada di wilayah Indonesia timur di antaranya Papua, Gorontalo, dan Maluku. Musbar menjelaskan, saat ini harga pembelian telur ayam ras di tingkat peternak masih di kisaran harga Rp 19 ribu-Rp 20 ribu per kg di sentra-sentra ternak yang berada di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Sedangkan di sentra ternak yang berada di wilayah Banten, harga pembelian berada di kisaran harga Rp 21 ribu. Perbedaan harga pembelian tersebut terjadi karena tingkat produksi di setiap sentra tersebut berbeda-beda.

“Di Banten produksinya lebih sedikit dibanding dengan di Jawa Tengah dan Jawa Timur,” kata dia.

Dia mengatakan, apabila jalur suplai perdagangan tidak ditindaklanjuti jika harga telur di pasaran tinggi, peternak kerap dituding melakukan penimbunan produksi sebab di farm gate ditemukan produk telur. Hal itu dipicu klaim sejumlah pihak, kata dia, yang mengatakan suplai telur minim sementara kebutuhan konsumsi pada Ramadhan melonjak.

Padahal yang terjadi adalah penghentian pembelian suplai untuk beberapa waktu dari pedagang. “Kami tidak bisa berhenti berproduksi, karena kan ayam pasti bertelur terus,” kata dia.

Untuk itu pihaknya berharap Satgas Pangan dapat menelusuri permainan di jalur suplai perdagangan agar harga telur baik itu di tingkat peternak maupun di tingkat konsumen dapat stabil.

“Biar peternak juga bisa dapat untung, tolong itu jalur suplai perdagangannya dijaga. Karena peternak juga sudah pusing dengan cost jagung (pakan) yang masih tinggi di harga Rp 5.000 per kg,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement