Jumat 03 May 2019 14:06 WIB

Aliran Modal Asing yang Masuk Capai Rp 132,4 Triliun

Aliran modal asing terbagi di sejumlah instrumen pasar keuangan nasional.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers tentang hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan April 2019 di kantor pusat BI, Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers tentang hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan April 2019 di kantor pusat BI, Jakarta, Kamis (25/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut aliran modal asing yang masuk ke pasar domestik mencapai Rp 132,4 triliun hingga awal Mei 2019. Menurut Perry, aliran dana tersebut berasal dari berbagai instrumen pasar keuangan.

Perry mengungkapkan, tingginya aliran modal masuk tersebut menunjukkan bahwa tingginya tingkat kepercayaan investor terhadap pasar Indonesia. "Aliran modal asing itu terdiri dari Rp 66,3 triliun dari SBN (Surat Berharga Negara) dan melalui saham Rp 66,1 triliun," kata Perry di Jakarta, Jumat (3/5). 

Baca Juga

Perry menyebutkan, aliran modal masuk dari pasar saham cukup tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut merupakan dampak dari realisasi investasi perbankan. Dirinya berharap, kepercayaan investor masih akan terus terjaga dan meningkat sehingga dapat menjaga stabilitas perekonomian nasional.

Sementara itu, nilai tukar rupiah juga menunjukkan pergerakan yang stabil. Menurut Perry, pelemahan kurs yang sempat terjadi beberapa waktu lalu karena adanya permintaan dolar AS yang tinggi dan musim pembagian deviden. Tidak hanya itu, pelemahan kurs juga akibat dari pembayaran utang luar negeri yang relatif meningkat.

Perry juga memberikan tanggapannya terkait inflasi yang cukup tinggi. Perry mengaku inflasi yang melonjak ke angka 0,44 persen diluar perkiraannya. "Inflasi sedikit lebih tinggi padahal perkirakan kami 0,37 persen. Itu terutama dipicu bawang putih dan harga tiket pesawat," kata Perry.

Namun, Perry melihat lonjakan inflasi yang dipicu oleh dua hal tersebut bukanlah merupakan faktor fundamental. Menurut Perry, inflasi bulan April dan Mei akan lebih dipengaruhi oleh faktor musiman salah satunya karena cuaca. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement