Senin 29 Apr 2019 21:39 WIB

Pemilu dan Ramadhan Dorong Industri Tekstil dan Mamin

Industri mamin diharaojan tumbuh lebih dari sembilan persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Dwi Murdaningsih
Pedagang bahan tekstil menata kain dagangannya di Sentra Tekstil, Kawasan Cipadu, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (25/7). Pemerintah telah menyiapkan peta jalan Making Indonesia 4.0 menyambut revolusi industri.
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Pedagang bahan tekstil menata kain dagangannya di Sentra Tekstil, Kawasan Cipadu, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (25/7). Pemerintah telah menyiapkan peta jalan Making Indonesia 4.0 menyambut revolusi industri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksikan industri makanan dan minuman (mamin) serta industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dapat tumbuh tinggi pada semester pertama tahun 2019. Kinerja positif pada kedua sektor manufaktur tersebut didukung adanya momentum Pemilihan Umum dan Ramadhan.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar optimistis, konsumsi produk-produk sektor industri tersebut semakin meningkat, terutama di pasar domestik. "Beberapa sektor manufaktur lainnya akan menunjukkan pula geliat positif seperti industri logam, petrokimia, elektronika, dan otomotif," katanya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (29/4).

Baca Juga

Haris menjelaskan, selama ini, industri mamin dan TPT konsisten memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan sektor nonmigas dan ekonomi nasional. Kemenperin mencatat, sepanjang tahun 2018, pertumbuhan industri TPT sebesar 8,73 persen serta industri mamin di angka 7,91 persen. Capaian ini melampaui pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu yang menembus 5,17 persen.

Haris berharap, industri mamin akan tumbuh lebih dari sembilan persen. Pertumbuhan sektor ini juga ditopang karena adanya peningkatan investasi, termasuk di industri TPT serta alas kaki.

Untuk mencapai target, pemerintah bertekad untuk terus menciptakan iklim investasi yang kondusif serta memberikan kemudahan dalam perizinan usaha. Di antaranya dengan memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka bisa berbisnis di Indonesia dengan aman.

Selain itu, Haris mengatakan, agar industri dapat tumbuh, pemerintah memacu dengan memberikan insentif. "Misalnya yang akan dikeluarkan, yakni super deductible tax untuk mendukung inovasi dan vokasi industri," ucapnya.

Seiring dengan bergulirnya era digitalisasi, pemerintah aktif mengajak pelaku industri nasional agar dapat memanfaatkan teknologi terkini. Penerapan teknologi industri 4.0 ini guna meningkatkan produktivitas dan kualitas secara lebih efisien. Pemerintah terus mendorong apabila ada investasi yang masuk harus ada transfer teknologi.

Di samping itu, Haris menegaskan, Kemenperin tetap konsisten mendorong pelaksanaan kebijakan hilirisasi industri. Langkah strategis meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri ini diyakini mampu memberikan efek berantai yang luas bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Prinsip dari hilirisasi adalah meningkatkan nilai tambah. Misalnya, jika dulu Indonesia hanya mengekspor mineral tambang, seperti nickle ore, kini sudah diproses menjadi nickel pig iron (NPI).

"Ini sudah berkali lipat nilai tambahnya, dari nilainya sekitar 30 dolar AS per metrik ton, menjadi 1.300-1.400 dolar AS per metrik ton. Apalagi sekarang sudah kita tingkatkan lagi menjadi stainless steel," ucap Haris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement