Jumat 26 Apr 2019 08:47 WIB

Asosiasi Perunggasan Nasional Didorong Tingkatkan Produksi

Industri perunggasan akan terus berkembang sesuai dengan kemajuan global.

Red: EH Ismail
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita sedang berdiri memberikan pemaparan tentang perkembangan peternakan unggas di Solo.
Foto: Humas kementan
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita sedang berdiri memberikan pemaparan tentang perkembangan peternakan unggas di Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO — Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pelaku bisnis perunggasan di Indonesia untuk meningkatkan kualitas kebutuhan protein hewani masyarakat, kesejahteraan peternak, dan ekspor produk unggas. Hal itu dilakukan dengan menjaga stabilitas pasokan dan permintaan produk unggas.

Hal itu disampaikan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita saat menghadiri Pelantikan Pengurus Pinsar Petelur Nasional di Solo pada Jumat (26/4).

Acara itu dihadiri Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah, Tokoh Perunggasan, Rektor Universitas Negeri Surakarta (UNS), dan Pimpinan Akademi Peternakan Karanganyar. Tamu lainnya adalah Ketua Pengurus Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Petelur Nasional/PPN Pusat dan Daerah, Pimpinan Asosiasi Perunggasan (Pinsar Indonesia, PLN, PPUN, PPRN), dan Para peternak ayam ras (Broiler dan Layer).

"Saya berharap semoga pengurus baru bisa membawa PPN benar-benar menjadi wadah perjuangan para peternak (khususnya peternak petelur) dan dapat bersinergi dengan pemerintah dalam membangun dunia perunggasan, sehingga dapat terus memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat dan terciptanya kesejahteraan bagi para peternak" ungkap Diarmita.

Dirjen juga menyampaikan ayam ras telah menyumbang sekitar 55 persen kebutuhan daging dan 71 persen telur nasional. Sedangkan ayam Buras mampu menyumbang 11 persen daging dan 11 persen telur. 

Berkembangnya usaha ayam ras menjadi industri terus diikuti oleh tumbuhnya industri pendukungnya. Yaitu industri pakan, bibit, obat-obatan dan industri pendukung lainnya. 

Industri perunggasan akan terus berkembang sesuai dengan kemajuan global atau modernisasi usaha perunggasan untuk memperoleh tingkat efisiensi usaha yang optimal. Sehingga mampu bersaing dengan produk-produk unggas dari luar negeri. 

Oleh karena itu pembangunan industri perunggasan yang memiliki daya saing produk yang tinggi, harus terus dilakukan secara simultan dan berkesinambungan. Hal itu dilakukan dengan mewujudkan harmonisasi kebijakan yang bersifat lintas sektoral/institusi.

Peluang usaha perunggasan sangat besar. “Saya berharap peternak UMKM harus benar-benar bisa memanfaatkan peluang ini sehingga dapat mendukung program nasional dalam mempertahankan swasembada telur konsumsi, meningkatkan kesejahteraan peternak, dan mendukung ekspor produk unggas" harap Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 

Komoditas unggas khususnya telur merupakan bahan pangan asal hewan yang kaya akan protein hewani dan sangat menjanjikan secara bisnis. Karena memiliki prospek pasar yang bagus, mudah diperoleh, mudah diolah, harga terjangkau dan sangat diminati oleh masyarakat luas sebagai upaya pemenuhan konsumsi protein hewani. Komoditas ini merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional.

Populasi ayam petelur

Berdasarkan data Kementan, populasi ayam petelur (layer) komersil tahun 2019 per bulan berkisar antara 226 juta – 248 juta ekor dengan rataan populasi layer komersil umur produktif (19-88 minggu) sebanyak 167 juta ekor. Produksi dan kebutuhan telur konsumsi terus berkembang berdasarkan jumlah penduduk dan konsumsi perkapita pertahun.

Pada tahun 2018 sebanyak 2,57 juta ton (rataan perbulan sebesar 213.755 ton) dengan kebutuhan telur sebesar 1,77 juta ton (rataan perbulan sebesar 147.201 ton), sehingga terdapat kelebihan produksi telur tahun 2018 sebesar 798.654 ton. Tahun 2019 potensi produksi telur mencapai 2,88 juta ton (rataan perbulan sebesar 239.884 ton) dengan kebutuhan telur sebesar 1,82 juta ton. 

Surplus/cadangan produksi telur ini harus mampu diolah untuk bahan baku industri sehingga produkstifitas bisa terus meningkat. Peluang ini perlu disikapi dengan mengembangkan ekspor unggas dan produk unggas serta peningkatan industri pengolahan.

Konsumsi telur perkapita pertahun pada tahun 2018 sebesar 6,53 kg/kapita/tahun dan tahun 2019 sebesar 6,69 kg/kapita/tahun. Ini menunjukkan konsumsi telur masyarakat masih sangat rendah. Oleh karena itu sudah menjadi tugas bersama untuk meningkatkan konsumsi telur perkapita pertahun guna meningkatkan gizi masyarakat serta mewujudkan tujuan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sementara itu, Ketua Presidium PPN, Yudianto Yogiarso menyatakan dukungannya kepada Kementan dalam upaya peningkatan kualitas kebutuhan protein hewani masyarakat, kesejahteraan peternak, dan ekspor produk unggas. Lebih lanjut Yudiantono juga menegaskan dukungannya dalam penerapan aturan-aturan biosecurity yang lebih baik untuk mengatasi penyakit dan memerangi AMR pada seluruh peternakan ayam petelur di Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement