REPUBLIKA.CO.ID, KUBU RAYA -- Pemberdayaan perempuan terus digenjot di lini masyarakat desa, hal tersebut dinilai penting karena perempuan berperan dalam peningkatan sumber daya dan pemberdayaan ekonomi di desa. Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) yakni bekerja sama dengan pemerintah daerah di Kabupaten Kubu Raya bersama dengan Yayasan Pekka (Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga) melalui Akademi Paradigta.
Kepala Subdirektorat Kesejahteraan Masyarakat dari Direktorat Pelayanan Sosial Dasar Ditjen PPMD Kemendes PDTT Ibrahim mengatakan, Kemendes PDTT turut mendukung kegiatan Yayasan Pekka dan Pemerintah Daerah Kubu Raya dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat desa karena sejalan dengan Permendes PDTT Nomor 16 Tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa tahun 2019, yakni untuk membiayai program dan kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat desa, di antaranya peningkatan partisipasi masyarakat, pengembangan kapasitas di desa, dan pengembangan ketahanan masyarakat desa.
"Diharapkan melalui Wisuda Akademi Paradigta ke-3 dapat memperkuat tata kelola desa sehingga pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa dapat terwujud dengan cepat dan transparan. Mari kita gunakan dana desa untuk kesejahteraan masyarakat desa dan terbangunnya strategi advokasi kebijakan dan anggaran desa dan daerah untuk memastikan terpenuhinya pelayanan dasar yang berkualitas di desa," ujarnya di hadapan 336 wisudawan dalam acara Wisuda Akademia Paradigta Kabupaten Kubu Raya ke-3 di Aula Kantor Bupati Kubu Raya, Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (24/4).
Sementara itu, Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengapresiasi pola pemberdayaan perempuan melalui Akademi Paradigta, ia mengajak para alumni Paradigta, Mentor, dan Akademisi untuk berfokus pada masalah nyata yang ada di tengah masyarakat. Bupati mencontohkan tingginya angka stunting belakangan ini yang harus dihadapi. Ia menyebutkan, pada 2017 di Kubu Raya terdapat 26,7 persen dari 7.206 kelahiran yang harus dikawal bersama.
"Ini masalah yang luar biasa mengancam generasi. Bukan hanya badan, tapi otak tak bisa berkembang, dikhawatirkan melahirkan generasi yang tidak cerdas," ujarnya.
Selain itu, perlunya pengembangan usaha salah satunya dengan memperkuat UMKM, penguatan pangan untuk peningkatan gizi. "Kalau ibu-ibu sudah jadi alumni, dampak ibu-ibu bisa diukur jika bisa mengaderkan kepada yang lainnya. Harapannya, ibu-ibu yang tidak paham dan sulit informasi bisa menambah wawasan dan mudah akses informasi sehingga bisa mengembangkan dirinya.
Selain itu, ia berharap, ibu-ibu alumni bersama dengan Pekka diharapkan bisa menjadi ahli di bidangnya seperti fokus pada posyandu, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain," katanya.
Salah satu masyarakat penerima manfaat dari program Akademi Paradigta, Karmani, mengisahkan, perjalanan hidupnya sempat tak berdaya setelah suaminya meninggal dan harus berjuang sendiri menghidupi kedua anaknya sebagai buruh tani. Dirinya yang memiliki kekurangan secara fisik sempat merasa takut. Namun, semua itu ia tepis, hingga satu waktu dirinya memutuskan untuk ikut Akademi Paradigta yang memiliki banyak jalan menjadi orang yang bermanfaat di masyarakat.
"Perempuan yang berkarya adalah yang bermanfaat bagi masyarakat yang memerlukan bantuan," ujarnya tegas saat ditemui di Kubu Raya, Pontianak, Kalimantan Barat.
Akademi Paradigta ini bertujuan untuk membentuk kepemimpinan perempuan di tingkat desa, dan bagaimana peran perempuan bisa ditingkatkan. Dalam Akademi Paradigta, para peserta diberikan pelatihan selama satu tahun dari mulai materi advokasi atau paralegal, belajar APBDes, Musdes, kemudian ada tugas akhir dan wisuda.
Dampak atau perubahan di antaranya adanya partisipasi, kontrol masyarakat terhadap anggaran desa, dana PAUD meningkat atas usulan ibu-ibu yang jadi berani bicara, menolong identitas hukum masyarakat, bahkan beberapa ada yang mencalonkan diri jadi BPD, caleg, kades, dan kader desa.