REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan, pertumbuhan konsumsi dalam negeri sepanjang kuartal pertama masih berkisar di lima persen. Pendukung utamanya adalah bantuan sosial yang terus digencarkan pemerintah dan kestabilan daya beli masyarakat.
Sri menuturkan, dari sisi pemerintah, berbagai program untuk bantuan sosial cukup banyak dilakukan. Pencairan di kuartal pertama pun meningkat karena nominal bantuan ke Program Keluarga Harapan (PKH) naik. "Kenaikannya sampai dua kali lipat," ujarnya ketika ditemui di Shangrilla Hotel, Jakarta, Rabu (24/4).
Sri menambahkan, pemerintah juga memudahkan proses pencairan bantuan sosial tersebut. Begitupun dengan dana desa, di mana pemerintah mencoba untuk memberikan relaksasi agar tidak mengalami kendala sampai akhir tahun. Dengan berbagai kebijakan tersebut, ia berharap, belanja pemerintah cukup tinggi terutama didorong oleh social spending.
Kalau dari masyarakat atau komersial, Sri menjelaskan, juga masih dalam kondisi baik. Sebab, inflasi rendah dan confidence dari masyarakat cukup tinggi. Perhelatan pemilihan umum (pemilu) kemarin juga dinilai menentukan. "Jadi, kami berharap, kuartal pertama masih tetap di sekitar lima persen," ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, konsumsi rumah tangga menjadi kunci utama dalam pertumbuhan ekonomi tahun ini. Sebab, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang mencapai 264 juta orang pada tahun 2017.
Menurut Darmin, tingginya jumlah penduduk mampu menggerakkan roda konsumsi domestik yang secara langsung berkontribusi atas kestabilan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Poin ini berlaku meskipun prediksi ekonomi global menunjukkan perlambatan
Darmin menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun ini masih berkisar di antara 5,2 sampai 5,3 persen. “salkan, kinerja ekspor dan impor masih seimbang dengan neraca perdagangan yang menunjukkan surplus.
Darmin menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tahun ini juga akan terus didongkrak seiring dengan pembangunan infrastruktur yang masih berjalan. Menurutnya, dari 223 proyek infrastruktur strategis yang masuk dalam program pemerintah, baru 64 sampai 64 proyek selesai. "Artinya, masih terus dibangun. Selama pembangunan masih berjalan terus, akan membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi," katanya ketika ditemui usai menggunakan hak suaranya di TPS 20 Kelurahan Pancoran, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Darmin menambahkan, unsur-unsur utama dari pertumbuhan ekonomi pada dasarnya adalah investasi, konsumsi rumah tangga dan ekspor impor. Untuk poin terakhir, ia mengakui, tidak terlalu positif bagi Indonesia.
Penyebabnya, perlambatan ekonomi dunia yang menyebabkan sektor perdagangan juga melambat sehingga sulit untuk berharap kinerja ekspor impor mampu membantu pertumbuhan ekonomi.
Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2019 ini dari 3,5 persen menjadi 3,3 persen. Tidak hanya untuk negara berkembang seperti Indonesia, perlambatan pertumbuhan ekonomi juga dialami oleh negara maju seperti China maupun Amerika Serikat.
Tahun lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 sebesar 5,17 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 yang sebesar 5,07 persen.
Dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan sebesar 5,05 persen. Angka itu lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di tahun 2017, yakni sebesar 4,94 persen.