Selasa 23 Apr 2019 11:36 WIB

Harga Minyak Hampir Capai Level Tertinggi

Pembebasan terhadap sanksi Iran mendongkrak harga minyak.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Kilang minyak Iran.
Foto: Iranian Presidency Office via AP
Kilang minyak Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak mendekati level tertinggi 2019 pada Selasa (23/4) setelah Washington mengumumkan semua keringanan sanksi Iran akan berakhir pada bulan Mei. Hal ini menekan para importir untuk berhenti membeli dari Teheran.

Minyak mentah berjangka Brent berada di 74,40 dolar per barel pada 0239 GMT, naik 0,5 persen dari penutupan terakhir mereka dan tidak jauh dari puncak 2019 di 74,52 dolar yang dicapai pada hari Senin (22/4). Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS mencapai level tertinggi sejak Oktober 2018 di 65,95 dolar per barel sebelum naik kembali ke 65,89 dolar pada 0239 GMT, yang masih naik 0,5 persen dari setelmen terakhir mereka.

Baca Juga

Amerika Serikat pada Senin menuntut agar pembeli minyak Iran menghentikan pembelian pada 1 Mei atau menghadapi sanksi. Hal ini mengakhiri enam bulan keringanan yang memungkinkan delapan pembeli terbesar Iran, kebanyakan dari mereka di Asia, untuk terus mengimpor volume terbatas.

Sebelum penerapan kembali sanksi tahun lalu, Iran adalah produsen terbesar keempat di antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dengan hampir 3 juta barel per hari (bph). Tetapi ekspor April menyusut jauh di bawah 1 juta bph, menurut pelacakan kapal dan data analis dalam Refinitiv.

Barclays Bank mengatakan dalam sebuah catatan setelah pengumuman bahwa keputusan itu mengejutkan banyak pelaku pasar dan bahwa langkah itu akan mengarah pada pengetatan pasar minyak yang signifikan. Bank asal Inggris tersebut menambahkan bahwa target Washington untuk memangkas ekspor minyak Iran menjadi nol menimbulkan risiko kenaikan materiil terhadap perkiraan harga rata-rata kami saat ini untuk Brent tahun ini, dibandingkan dengan rata-rata year to date 65 dolar per barel.

Bank ANZ mengatakan keputusan tersebut kemungkinan akan memperburuk kesengsaraan pasokan yang sedang berlangsung dengan sanksi Venezuela, pengurangan pasokan OPEC, dan mengintensifkan konflik di Libya.

Langkah untuk memperketat sanksi Iran datang di tengah sanksi lain yang telah ditempatkan Washington pada ekspor minyak Venezuela. Selain itu, AS sebagai salah satu produsen OPEC telah memimpin pengurangan pasokan sejak awal tahun yang bertujuan memperketat pasar minyak global dan menopang harga minyak mentah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement