REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mendorong penggunaan mobil listrik dalam kehidupan sehari hari. Blue Bird mempelopori hal tersebut dengan menyediakan 30 armada yang berbasis listrik.
Meski perlu merogoh kocek yang cukup besar untuk investasi, namun Blue Bird memastikan tidak ada harga khusus atau kenaikan harga apabila pelanggan menggunakan taksi listrik ini.
Direktur PT. Blue Bird Tbk, Adrianto Djokosoetono menjelaskan Blue Bird tidak akan mematok harga khusus untuk mobil listrik ini. Untuk sementara patokan argo akan sama seperti tarif taksi pada umumnya.
"Untuk tarif masih sama dengan Blue Bird lainnya karena saat ini belum dapat mobil murah walaupun chargenya lebih murah, bensin memang mahal tapi SPBU nya di mana. Jadi saya pikir ini masih bisa lah, sekalian kami juga uji coba," ujar Adrianto di Kantor Blue Bird, Senin (22/4).
Adrianto memastikan bahwa di awal awal percobaan ini perusahaan belum mencari profit. Ia menjelaskan investasi sebesar Rp 40 miliar yang dikeluarkan perusahaan bukan untuk mencari profit tetapi juga untuk melakukan riset dan penelitian.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi menjelaskan bahwa untuk sementara waktu tarif mobil listrik ini masih sama dengan tarif taksi sepertii biasa. Hanya saja, kata Budi apabila memang sepanjang perjalanan waktu ada perubahan maka hal tersebut bisa dibicarakan.
"Harga belum ditentukan, sementara pakai harga yang lama. Tapi kalau memang ada perubahan, nanti kita buat. secepatnya," ujar Budi di Kantor Pusat Blue Bird, Senin (22/4).
Ia juga menjelaskan langkah Blue Bird perlu dicontoh oleh para penyedia moda transportasi lainnya. Ia menjelaskan skema yang sama akan di dorong ke Damri dan Transjakarta agar juga menggunakan mobil listrik.
"Kita dorong agar Transjakarta dan Damri juga melakukan hal yang sama. Ini lagi perencanaan dulu," ujar Budi.