Jumat 05 Apr 2019 00:10 WIB

Gojek Jadi Decacorn, Indef: Bisa Dorong Pertumbuhan Konsumsi

Tantangan ke depan dari Gojek adalah persaingan dengan perusahaan setipe.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Gojek
Foto: Reuters
Gojek

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan rintisan Gojek telah memiliki valuasi 10 miliar dolar AS. Artinya, Gojek sudah berhak menyandang status decacorn, yakni julukan bagi start-up yang memiliki valuasi di atas 10 miliar dolar AS.

Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda menuturkan, keberhasilan Gojek dalam mendapatkan predikat decacorn akan menyebabkan semakin banyak investor yang tertarik menanamkan uangnya ke perusahaan tersebut. "Gojek akan memutarkan dana itu untuk mengembangkan usahanya," katanya ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (4/4).

Baca Juga

Dampak berikutnya, Huda menambahkan, juga akan dirasakan terhadap mitra-mitra Gojek. Secara langsung, pasti ada peningkatan kapasitas dari bisnis mereka, baik dari Gofood, transportasi online-nya maupun sistem pembayaran Gopay. 

Selain itu, penambahan investasi ini berpotensi meningkatkan konsumsi dalam negeri. Sebab, Gopay akan lebih mengembangkan diri dan menyediakan lebih banyak inovasi dalam mempermudah masyarakat untuk melakukan pembayaran. 

Di sisi lain, tantangan ke depan dari Gojek adalah persaingan dengan perusahaan setipe, yaitu Grab. Menurut Huda Grab juga sudah mencapai level decacorn terlebih dahulu, sehingga lebih matang dan pasti akan ada banyak investasi yang masuk juga.

Terlebih, Huda mengatakan, Grab juga sudah terintegrasi dengan sistem pembayaran OVO yang memungkinkan adanya transaksi digital di mitra Grab. "Selain itu ketersediaan penumpang/konsumen Gojek semakin terbatas, sehingga perlu untuk ekspansi ke negara lainnya," ujarnya. 

Terlepas dari itu, Huda menilai, pemerintah perlu terus mendukung perusahaan rintisan di Indonesia. Baik yang sudah menjadi decacorn ataupun mereka yang sedang mengejar status unicorn dan bahkan hectocorn (nilai valuasi ekonomi mencapai 100 miliar dolar AS lebih).

Huda menyebutkan, salah satu yang harus diperhatikan pemerintah adalah infrastruktur penunjang seperti pengembangan internet hingga mencapai 5G. Saat ini, kecepatan internet di Indonesia masih lebih lambat dibanding dengan negara lain yang sudah lebih siap dengan pengembangan ekonomi digital seperti Thailand dan Singapura.

Huda menilai, pembangunan Palapa Ring sangat penting, sehingga harus didukung oleh semua pihak. Kesiapan sumber daya manusia (SDM) juga harus digenjot lebih maksimal mengingat SDM di bidang IT masih terbatas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement