Rabu 27 Mar 2019 15:25 WIB

Bank Indonesia Perkuat Empat Strategi Reformasi Struktural

Reformasi yang dilakukan telah membuahkan hasil bagi aliran investasi dan konsumsi.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Peluncuran Buku Laporan Perekonomian Indonesia. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meluncurkan buku Laporan Perekonomian Indonesia 2018 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (27/3/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Peluncuran Buku Laporan Perekonomian Indonesia. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meluncurkan buku Laporan Perekonomian Indonesia 2018 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (27/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) akan terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dan otoritas lainnya untuk mempercepat reformasi struktural. Langkah ini guna memastikan kesinambungan pertumbuhan ekonomi.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pihaknya akan melakukan empat strategi utama, pertama strategi meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Upaya ini dilakukan melalui penguatan empat elemen dasar yakni ketersediaan infrastruktur, kualitas modal manusia (human capital), adopsi teknologi, dan dukungan kelembagaan. 

“Kedua strategi untuk mengembangkan kapasitas dan kapabilitas sektor industri. Ketiga, strategi mengoptimalkan pemanfaatan ekonomi digital. Keempat, strategi untuk memperluas sumber pembiayaan ekonomi,” ujarnya saat acara ‘Peluncuran Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2018’ di Gedung BI, Rabu (27/3).

Perry menyebut reformasi struktural yang telah dilakukan selama empat tahun terakhir telah membuahkan hasil bagi aliran investasi dan konsumsi domestik di tahun ini. Bank Sentral memperkirakan tekanan ekonomi global pada tahun ini tidak sekencang 2018.

“Reformasi struktural ekonomi domestik harus dilanjutkan, dengan begitu kami meyakini aliran modal asing dari pasar keuangan global akan semakin deras masuk ke pasar keuangan domestik,” ungkapnya.

Pada 2019, Bank Sentral masih memasang  proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,0-5,4 persen (yoy). Perry meyakini perekonomian akan tumbuh terakselerasi dibanding pertumbuan 2018 yang hanya sebesar 5,17 persen karena reformasi struktural yang terus berjalan dan meredanya tekanan eksternal, karena melunaknya (dovish) kebijakan moneter Bank Sentral AS The Fed.

"BI optimistis kinerja ekonomi akan lebih baik, pertumbuhan ekonomi lebih tinggi bahkan lebih cepat meningkatnya berkat reformasi struktural," ucapnya.

Salah satu penyebabnya, arah kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve yang kian moderat dengan proyeksi kenaikan suku bunga acuan The Fed hanya satu kali dalam dua tahun ke depan. Artinya tekanan dari kenaikan suku bunga negara-negara maju sudah tidak dirasakan lagi seperti pada 2018.

Untuk itu, Bank Sentral akan terus menempuh bauran kebijakan guna memperkuat stabilitas eksternal dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Sekaligus kebijakan makroprudensial lebih akomodatif, dengan stimulus untuk memperdalam pasar keuangan, guna menjaga stabilitas di pasar uang dan mendukung pembiayaan ekonomi.

"Kami tetap menempuh kebijakan moneter yang preemptive dan ahead of the curve. Kami juga melanjutkan peran kebijakan sistem pembayaran dan endukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah hingga di tingkat daerah," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement