Rabu 27 Mar 2019 10:34 WIB

Sleman Memulai Panen Raya Padi

Padi dan jagung sudah memulai masa panen.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Panen padi (ilustrasi)
Foto: Antara/Arnas Padda
Panen padi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebagai provinsi berkomoditas utama padi dan jagung, DIY memang sudah memasuki puncak panen. Pekan ini, Kabupaten Sleman telah memulai panen raya untuk padi di Kecamatan Berbah.

Panen raya padi dilaksanakan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Agro Jogotirto. Ketua Gapoktan, Maryadi mengatakan, kelompok mereka sudah berhasil menghasilkan 9,3 ton per hektare.

Baca Juga

Maryadi menerangkan, kelompok tani mereka sendiri sudah berdiri sejak 19 Maret 2018. Berlangsung satu tahun, saat ini sudah 18 kelompok tani dengan luas tanah 316 hektare yang bergabung.

"Selain untuk segmen pasar dan rumah makan, produksi beras Gapoktan Agro Jogotirto termasuk dalam penyuplai beras untuk ASN-ASN Kabupaten Sleman," kata Maryadi, Selasa (26/3).

Pada kesempatan itu, Maryadi turut memberikan apresiasi adanya mesin pengering gabah baru. Ia menilai, kehadiran mesin itu membantu dalam proses pengolahan padi menjadi lebih cepat dan efektif.

Bupati Sleman, Sri Purnomo, berharap adanya mesin pengering gabah yang baru diresmikan itu dapat meningkatkan produktivitas petani. Sekaligus mempertahankan swasembada pangan Kabupaten Sleman.

"Dengan adanya mesin ini, walaupun suatu saat ada musim hujan tetap bisa produksi," ujar Sri.

Ia menjelaskan, melalui mesin pengering itu para petani akan tetap melakukan produksi enam ton padi. Dalam operasionalnya, mesin itu memakan waktu sekitar 15 jam dalam satu kali produksi.

Namun, sebagai daerah yang komoditas pertaniannya padi, tentu mesin pengering gabah itu memiliki kapasitas yang terbilang kecil. Sebab, kapasitas gabah yang bisa dikeringkan masih sekitar enam ton.

Jika dibandingkan mesin pengering gabah di Kecamatan Kuta Cot Glee, Aceh Besar, yang sudah panen Februari lalu, misalkan, tentu itu masih tertinggal. Sebab, mereka sudah memiliki kapasitas gabah 8-10 ton.

Meski begitu, tahun lalu Kabupaten Sleman sudah surplus 86 ribu ton beras. Sri berharap, ke depannya petani-petani Kabupaten Sleman mampu mempertahankan angka produksi berasnya, bahkan meningkat.

Sri turut memberikan apresiasi kepada Gapoktan Agro Jogotirto karena sudah menggunakan label Beras Sleman. Ia mengajak seluruh masyarakat dapat mengonsumsi hasil produk lokal yaitu Beras Sleman.

"Kita bangga dengan produk kita, semoga akan meningkat penjualan Beras Sleman," kata Sri.

Sebelumnya, Dinas Pertanian DIY sudah mengungkapkan saat ini dua komoditas pertanian DIY yaitu padi dan jagung telah memasuki masa panen. Puncaknya sudah dimulai sejak Maret.

Untuk musim hujan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY memprakirakan musim hujan baru akan berakhir pada April 2019. Potensi hujan lebat masih akan terjadi di bagian utara dan tengah DIY. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement