REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menyebut perlunya bagi setiap daerah baik itu provinsi maupun kabupaten/kota untuk mendatangkan investasi dari dalam maupun luar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Setiap daerah, kata Irwan, tidak bisa mengandalkan dana APBD untuk pembangunan dan mendongkrak perekonomian. Harus ada masukan dari investor supaya pembangunan di berbagai sektor terlaksanakan. Contohnya investasi dari pasar modal dengan memanfaatkan Reksa Dana Penyertaan Trbatas (RDPT), dana investasi infrastruktur (Dinfra) dan Obligasi Daerah.
"Pasar modal ini bagus untuk pembangunan daerah. Kalau APBD tentu terbatas. Apalagi kota dan kabupaten," kata Irwan saat pidato di acara seminar yang diadakan Otoritas Jasa Keuangan dengan tema 'Pembiayaan sektor riil dan infrastruktur Melalui RDPT, Dinfra dan Oblgasi Daerah' di Grand Inna, Padang, Kamis (21/3).
Kondisi di daerah, 60 persen dari APBD terserap untuk gaji pegawai. Hanya tersisa 30-40 persen untuk dialokasikan ke pembangunan. Sementara dana dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten dan kota terbilang masih kecil, hanya di kisaran empat sampai lima persen. Bila mengharapkan dari APBN, menurut Irwan juga tidak terlalu besar dan itu harus melalui formula tertentu.
Agar pembangunan infrastruktur dan peningkatan perekonomian menurut Irwan harus dengan cara menarik minat investor untuk membantu pengembangan daerah. Sehingga peredaran uang di masyarakat bisa ditingkatkan.
"Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat harus dibantu dengan investasi dari dalam dan luar negeri. Sehingga uang beredar ekonomi meningkat. Alhamdulillah sudah berjalan," ucap Irwan.
Irwan menambahkan upaya pembangunan dan peningkatan perekonomian di Sumbar memang harus melalui padat modal dan padat teknologi. Karena kondisi di Sumbar tidak memungkinkan untuk memperbanyak industri padat karya.
Saat ini industri padat karya terpusat di kawasan Jabodetabek dan Pulau Jawa secara umumnya. Investor kurang tertarik mendirikan industri padat karya di Sumbar karena tidak efisien dalam ongkos bahan baku dan pemasaran produk.
"Sekarang mana pabrik padat karya yang ada di sumbar. Kalau di jawa kan ribuan seperti tekstil, kendaraan dan lain-lain. Kalau Sumbar kan daerah tepi pantai barat Sumatera kalau beli materialnya berapa ongkosnya. Kalau sudah jadi produk kemana kirimnya, kalau jual di sini penduduk cuma 5 juta," kata Irwan menjelaskan.