Rabu 20 Mar 2019 16:14 WIB

Soal Larangan Sawit oleh Eropa, Pemerintah: Ini Diskriminasi

Bagi Indonesia, sawit merupakan komoditas nomor satu.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution memberikan paparan kepada seluruh jajaran Kementerian Perdagangan se Indonesia dalam rangka Indonesia Trade Forum 2019 di Hotel Shangrila, Selasa (12/3).
Foto: Republika/Intan Pertiwi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution memberikan paparan kepada seluruh jajaran Kementerian Perdagangan se Indonesia dalam rangka Indonesia Trade Forum 2019 di Hotel Shangrila, Selasa (12/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan apa yang dilakukan Parlemen Uni Eropa terkait penggunaan crude palm oil (CPO) yang berdampak jelek pada lingkungan merupakan pernyataan diskriminatif. Darmin menilai, padahal selama ini hubungan baik antara pemerintah Indonesia dan Uni Eropa sudah terjalin lama.

Padahal hari ini, Indonesia merupakan salah satu negara yang memproduksi kelapa sawit paling besar di dunia. Penelitian yang dikeluarkan Parlemen EU atas isu kelapa sawit ini dan kemudian mendeskriditkan Indonesia.

Baca Juga

"Kita gak mau ini diganggu gugat apalagi dengan cara proteksionisme terselubung lalu ditransformasi menjadi terminologi yang ujungnya diskrimiatif," ujar Darmin di Kantor Kementerian Luar Negeri, Rabu (20/3).

Darmin merinci kelapa sawit bagi Indonesia adalah tanaman dan komodtas nomor satu. Bukan hanya soal penghasilan devisa, wasit telah memperkerjakan orang banyak. Ada sekitar 12 juta orang yang bekerja di sektor kelapa sawit. 

Ia juga menunjukan bahwa dengan kelapa sawit tingkat kemiskinan di Indonesia bisa diredam. Bahkan, penurunan tingkat kemiskinan di daerah produksi kelapa sawit lebih cepat dibandingkan penurunan kemiskinan di daerah lain.

"Kami akan ambil semua jalan yang bsa kita ambil untuk melawan ini. Dengan peran kelapa sawt, jelas ini perannya sangat penting untuk menuntaskan kemiskinan di indonesia," ujar Darmin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement