Jumat 15 Mar 2019 17:55 WIB

Pembiayaan Ultra Mikro Bantu Tingkatkan Produktivitas

Pembiayaan UMi merupakan tahap lanjutan dari program bantuan sosial.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda
Sri Sulastri atau Tati (40 tahun), tukang jamu yang memanfaatkan fasilitas pembiayaan ultra mikro (UMi), ketika ditemui Republika di Serang, Banten, Jumat (15/3).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Sri Sulastri atau Tati (40 tahun), tukang jamu yang memanfaatkan fasilitas pembiayaan ultra mikro (UMi), ketika ditemui Republika di Serang, Banten, Jumat (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Bantuan pembiayaan ultra mikro atau UMi terus digulirkan pemerintah untuk dapat menyentuh pengusaha kelas mikro. Di Serang, Banten, layanan ini sudah dimanfaatkan oleh ragam pengusaha. Dari penjual kelontongan di warung, pedagang opak di pasar hingga ke Sri Sulastri (40 tahun), seorang tukang jamu. 

Tati, panggilan akrab Sri, baru menggunakan fasilitas UMi selama tiga bulan. Ia mengetahui mengetahui layanan yang diinisiasi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tersebut melalui Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Abdi Kertas Raharja. Tati sendiri sudah menjadi anggota koperasi tersebut sejak tujuh bulan lalu. 

Baca Juga

Melalui koperasi, Tati diberikan informasi bahwa ada pinjaman untuk pengusaha berskala kecil. Dengan kondisi baru ditinggal suami dan harus mengurus anak, ia memutuskan untuk meminjam Rp 2 juta. "Sebagian untuk modal tambahan, sisanya untuk simpanan dulu," katanya kepada Republika.co.id, Jumat (15/3). 

Tati sendiri sudah menghabiskan setengah usianya untuk berjualan jamu, keliling di Kampung Ciomas, Banten. Selama ini, ia banyak mengandalkan gaji suami dan sebagian kecil keuntungannya untuk "diputar" sebagai operasional sehari-hari. Tapi, setelah sang suami meninggal sekitar setahun lalu, ia merasa membutuhkan sumber pendanaan lain. 

Untuk mengembalikan pinjaman tersebut, Tati harus menyerahkan Rp 92.100 per pekan selama enam bulan. Saat ini, ia sudah melakukan pembayaran sekitar 12 kali. Bagi penjual jamu yang sehari-hari berkeliling kampung, nominal tersebut terbilang ringan. 

Tidak semua keuntungan yang didapatkan Tati digunakan kembali untuk operasional. Sebagian di antaranya disimpan Tati untuk membiayai anak yang sudah memasuki tingkat sekolah menengah pertama (SMP). "(Layanan ini) sangat membantu untuk bisa produktif," tutur perempuan berdarah Jawa Tengah ini. 

Tati mengaku belum memiliki rencana pasti apabila pinjamannya ini sudah lunas. Tapi, tidak menutup kemungkinan baginya untuk kembali meminjam dengan nominal yang lebih besar. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli gerobak supaya memudahkan mobilitas Tati yang sehar-hari menjual jamu dengan cara digendong. 

Tati berharap program UMi dapat terus dilaksanakan dan menjangkau lebih banyak pengusaha. Harapan ini turut disampaikannya saat bertemu dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Sinergi Program Pemerintah untuk Kesejahteraan Rakyat. 

Dalam kesempatan tersebut, Sri bahkan sempat mencicipi jamu racikan Tati. Tidak hanya Sri, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Gubernur Banten Wahidin Halim ikut mencobanya. 

Raut wajah Sri tampak ceria melihat para pedagang yang juga menunjukkan raut wajah bahagia. "Selamat siang, Ibu. Senyumnya terlihat bahagia sekali," katanya sembari tersenyum kepada Tati.

Pembiayaan UMi merupakan program tahap lanjutan dari program bantuan sosial menjadi kemandirian usaha. Program ini menyasar usaha mikro di lapisan terbawah yang belum dapat terfasilitasi oleh perbankan melalui program kredit usaha rakyat (KUR). Fasilitas pembiayaannya maksimal Rp 10 juta per nasabah dan disalurkan melalui lembaga keuangan bukan bank (LKBB). 

Sri berharap, kehadiran UMi dapat membantu menggerakkan ekonomi masyarakat dengan mendapat pendampingan dari LKBB seperti Pegadaian maupun Koperasi. Melalui UMi, masyarakat juga diharapkan bisa memanfaatkan segala potensi yang ada di sekitarnya. "Ketika ada tanah kosong, bisa ditanam. Jangan menganggur, karena biasanya orang yang menganggur akan tidak sehat," ujarnya. 

Untuk provinsi Banten, dana yang telah disalurkan melalui UMi sebesar Rp 90,5 miliar kepada 32.538 pengusaha mikro. Sementara itu, di Kabupaten Serang-nya sendiri, Rp 15,8 miliar telah disalurkan kepada 5.888 usaha mikro. 

Sementara itu, Wahidin menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih atas keterlibatan pemerintah pusat dalam menggerakkan roda perekonomian di daerah Banten, terutama Serang. Ia berharap program serupa yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat terus "diguyurkan". 

Wahidin juga mengajak kepada masyarakat untuk memanfaatkan layanan-layanan yang diberikan pemerintah. Khususnya, program yang bertujuan membantu aktivitas ekonomi masyarakat setempat. "Ayo digunakan selama masih ada," ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement