REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia menawarkan diri untuk membantu penyelidikan pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh tak lama setelah lepas landas dari Addis Ababa, ibukota Ethiopia, pada Ahad (10/3). Tawaran tersebut disampaikan langsung oleh Ketua KNKT Soerjanto Thahjono, seperti dilansir dari AP, Senin (11/3).
Kecelakaan pesawat berjenis Boeing 737 MAX 8 itu menewaskan seluruh penumpang beserta kru di dalamnya. Pesawat ini mengangkut sebanyak 149 penumpang dan 8 kru pesawat.
Pesawat ini adalah jenis yang sama dengan pesawat Lion Air yang jatuh di laut lepas pantai Indonesia pada 29 Oktober 2018 lalu. Insiden itu menewaskan sebanyak 189 penumpang di dalamnya. Kondisi kecelakaan antara keduanya juga disebutkan sama.
Sebelumnya, tim penyelidik pada kasus kecelakaan Lion Air belum memastikan penyebab kecelakaan. Mereka tengah memeriksa apakah ada pembacaan yang salah dari sensor yang kemungkinan memicu perintah otomatis turun ke pesawat, yang kemudian gagal diatasi oleh pilot.
Data rekaman penerbangan pada pesawat Lion Air menunjukkan ada masalah dengan indikator kecepatan udara pada empat penerbangan. Meskipun, maskapai awalnya mengatakan masalah itu telah diperbaiki.
Direktur Jenderal Transportasi Udara di Indonesia, Polana B Pramesti, mengatakan bahwa pihaknya telah menindaklanjuti arahan kelaikan udara dari Federal Aviation Administration (FAA) dan masih mengevaluasi 737 Max 8 setelah kecelakaan itu.
Beberapa hari setelah kecelakaan Lion Air, Boeing mengirimkan pemberitahuan kepada maskapai penerbangan bahwa informasi yang salah dari sensor dapat menyebabkan pesawat secara otomatis mengarahkan hidung ke bawah (nose down). Pemberitahuan itu mengingatkan pilot tentang prosedur untuk menangani situasi seperti itu, yaitu menonaktifkan sistem yang menyebabkan gerakan hidung pesawat ke bawah secara otomatis.
CEO Boeing, Dennis Muilenburg, mengatakan pada Desember lalu bahwa MAX 8 adalah pesawat yang aman. Menurutnya, Boeing tidak menyembunyikan detil operasi dari maskapai dan pilot. Namun, pilot di beberapa maskapai, termasuk Amerika dan Barat Daya, telah memprotes bahwa mereka tidak sepenuhnya diberitahu tentang sistem baru itu.
Insiden Lion Air tampaknya tidak mengganggu kemampuan Boeing untuk menjual MAX. Saham Boeing turun hampir 7 persen pada hari jatuhnya Lion Air. Sejak itu, saham mereka melonjak lebih tinggi sebesar 26 persen, dibandingkan dengan kenaikan 4 persen dalam indeks Standard & Poor's 500.