Jumat 08 Mar 2019 13:47 WIB

BI Jabar: Kenaikan Harga Properti Melambat

Perlambatan pertumbuhan harga bersumber dari seluruh tipe rumah.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Friska Yolanda
Pekerja menyelesaikan pembangunan perumahan di Indramayu, Jawa Barat, Kamis (7/3/2019).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Pekerja menyelesaikan pembangunan perumahan di Indramayu, Jawa Barat, Kamis (7/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bank Indonesia Jawa Barat mencatat Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada 2018 mengalami penurunan pertumbuhan. Harga properti tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,13 persen, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 4,97 persen.

"Perlambatan pertumbuhan harga tersebut bersumber dari seluruh tipe rumah, baik kecil, menengah, maupun besar," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Doni P Joewono dalam siaran persnya, Jumat (8/3).

Doni mengatakan meskipun demikian, IHPR pada kuartal IV 2018 berada pada level 273,26, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya sebesar 271,77. Faktor utama peningkatan IHPR pada kuartal IV 2018 didorong oleh kenaikan harga bahan bangunan dan upah pekerja, serta tingginya biaya perizinan. 

Selain itu, kata dia, adanya penambahan fasilitas umum dari pengembang juga mendorong kenaikan harga properti residensial. Kondisi tersebut tercermin dari kenaikan harga properti residensial pada kuartal IV 2018 yang terjadi pada seluruh tipe rumah, yaitu kecil, menengah, dan besar dengan masing-masing pertumbuhan sebesar 4,38 persen, 4,60 persen, dan 3,37 persen.

Ia menyebutkan suku bunga KPR tercatat lebih rendah dan mampu mendorong penyaluran KPR sebesar Rp126,47 triliun atau tumbuh sebesar 15,68 persen (yoy), melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 16,13 persen (yoy). Adapun rata-rata suku bunga untuk KPR di Jawa Barat pada kuartal IV 2018 adalah sebesar 9,64 persen, dimana mayoritas sumber pembiayaan konsumen bersumber dari KPR. 

"Sementara itu dari sisi pengembang, dana internal perusahaan yang berasal dari modal disetor dan laba ditahan tetap menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial. Lebih lanjut, kenaikan harga properti residensial disertai dengan melambatnya pertumbuhan KPR mendorong penurunan penjualan properti residensial pada kuartal IV 2018. Penurunan tersebut terjadi pada seluruh tipe rumah, yaitu kecil, menengah, maupun besar," tuturnya.

Sementara itu, tambahnya, Indeks Harga Properti Komersial (IHPK)  pada kuartal IV 2018 tumbuh 0,27 persen (yoy), melambat dibanding kuartal sebelumnya sebesar 0,63 persen (yoy). Kondisi tersebut dipicu oleh peningkatan indeks pasokan properti komersial ditengah meningkatnya indeks permintaan properti komersial pada triwulan IV 2018.  

Indeks pasokan properti komersial pada kuartal IV 2018 tumbuh 1,35 persen (yoy), atau tercatat sebesar 134,13, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 132,59. Sementara itu, indeks permintaan properti komersial pada triwulan IV 2018 tumbuh -0,12 persen (yoy), atau tercatat sebesar 157,90, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 155,97.

Selanjutnya, sektor properti residensial pada triwulan I 2019 diperkirakan tumbuh 3,25 persen (yoy), lebih rendah dibanding kuartal IV 2018. Kondisi tersebut terindikasi dari IHPR yang diperkirakan berada pada level 276,00. Dilihat berdasarkan tipe rumah, tipe rumah kecil mengalami pertumbuhan paling tinggi, diikuti pertumbuhan pada tipe rumah besar dan tipe rumah menengah. Tipe rumah kecil diperkirakan tumbuh sebesar 3,97 persen (yoy). Sementara itu, tipe rumah besar dan tipe rumah menengah diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 2,99 persen (yoy) dan 2,77 persen (yoy).                           

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement