Kamis 07 Mar 2019 13:03 WIB

Industri Keramik Targetkan Produksi Tumbuh 9 Persen

Geliat pertumbuhan industri keramik nasional mulai terlihat sejak 2018 lalu

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Aneka keramik/ilustrasi
Foto: solarantiquetiles.com
Aneka keramik/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pameran bahan bangunan, keramik dan jasa konstruksi dalam negeri dan luar negeri (Indonesia Building & Construction Week) akan diselenggarakan pada 14-17 Maret 2019 di Jakarta Convention Center. Acara ini akan menghadirkan ratusan pelaku usaha bahan bangunan dan produsen keramik serta industri pendukung lainnya dari 14 negara.

General Manager Reed Panorama Exhibitions Steven Chwee mengatakan kebutuhan bahan bangunan dan elemen pendukung terus mengalami peningkatan, seiring dengan pertumbuhan sektor properti di Indonesia. Diharapkan pameran ini menjadi peluang bisnis bahan bangunan, keramik dan konstruksi dalam negeri.

Baca Juga

“Kami harapkan acara ini mampu menarik lebih dari 40 ribu pengunjung selama empat hari. Kami menempati area seluas 30ribu meter persegi di JCC Senayan,” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika, Kamis (7/3).

Acara ini merupakan gabungan tiga event, yaitu Megabuild Indonesia, Keramika, dan Construction Fun Day. Pemeran diselenggarakan oleh Reed Panorama Exhibitions bekerja sama dengan Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) dan Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi).

 

Sementara Ketua Umum Asaki Edy Suyanto menuturkan pameran ini berperan penting dalam menunjang pertumbuhan industri keramik Indonesia, karena menjadi panggung utama bagi produsen keramik nasional untuk mempromosikan produk mereka ke pasar dalam negeri maupun luar negeri.

“Kami menargetkan angka produksi keramik nasional akan mencapai 410 juta-420 juta meter persegi sepanjang tahun ini, atau tumbuh 7-9 persen dibanding jumlah produksi di tahun lalu,” ucapnya.

Menurutnya geliat pertumbuhan industri keramik nasional mulai terlihat sejak 2018 lalu sebesar 5 persen menjadi 380 juta meter persegi. Pencapaian ini lantaran kebijakan safeguard, seiring terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 119/PMK.010/2018 pada 19 September 2018 yang menetapkan bea masuk bagi keramik impor yang berlaku efektif sejak 12 Oktober 2018 lalu.

“Kebijakan safeguard membawa optimisme bagi produk keramik lokal yang sebelumnya dihantam oleh banjirnya produk-produk impor, terutama asal China, “ ucapnya.

Edy menambahkan sejumlah produsen keramik lokal menurutnya mulai berani melakukan ekspansi penambahan kapasitas produksi. Saat ini, menurutnya kapasitas produksi keramik nasional mencapai 580 juta meter persegi, namun tingkat utilisasinya hanya 65 persen dari kapasitas terpasang.

“Karena itu dengan adanya safeguard, kami optimistis produksi keramik Indonesia akan kembali menjadi nomor empat terbesar di dunia, dari posisi saat ini di posisi sembilan dunia,” ujarnya.

Menurut dia, dengan teknologi dan desain terbaik, kualitas keramik Indonesia tidak kalah dengan produk keramik dari luar negeri. Di lain pihak kebijakan safeguard dan harga bahan baku yang terjangkau diharapkan mampu mendorong industri keramik Indonesia menjadi produsen keramik nomor 1 di Asia Tenggara.

“Oleh karena itu kami berharap melalui ajang ini mampu mengajak para pelaku usaha properti dan konstruksi untuk beramai-ramai memilih keramik dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan proyek bangunan yang mereka kerjakan,” ucapnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement